Tari ini berasal dari Kuala Simpang Kabupaten Aceh Tamiang. Latar belakang tari ini ialah kehidupan atau kepercayaan dari masyarakat tradisional yang masih mempercayai adanya kekuatan gaib yang harus dilawan dengan kekuatan gaib pula. 3 Untuk melawan kekuatan gaib tersebut, diadakan nyamu (sesajen) yang diantar ke sungai, kuala atau lautan. Datu (guru) yang dibantu para Sidanya menyiapkan bahan-bahan nyamu.
Setelah ramuan selesai, sesajenpun dibawa ketengah ruangan untuk diberi asap (dupa kemenyan) dan dimantrai oleh datuk dan para sida. Kemudian dengan gerak tari tertentu datu dan sida membawa lancang menuju sungai, kuala atau laut dan melepaskannya dengan iringan mantra. Setelah itu datu dan sida menantikan datangnya suatu firasat dari perjalanan lancang, apakah mereka mendapat keberuntungan atau sebaliknya.
Bila firasat yang datang berupa tantangan, maka perlu dipersiapkan kekuatan yang lebih tangguh lagi untuk. menghadapinya. Dari keadaan tersebut diatas, tidak heran apabila para pemuda Tamiang dibekali dasar-dasar pencak silat yang disebut pelintau, dan dikembangkan dalam bentuk tari disebut Mencak. Susunan Tari Aek Ulak sebagai berikut:
Mbawa Perasap yaitu Sida menggerakkan perasap (dupa kemenyan) kepada Datu untuk pelengkap mantra. Ngerajah yaitu Gerak-gerak membaca mantra derigan gerak silat (mencak) menjemput. Nurunkan Lancang yaitu Lancang membawanya ke tepi laut. Menanti Firasat yaitu Penari duduk semedi, seakan-akan menantikan bisikan gaib berupa keberuntungan atau sebaliknya. Oleh karena tari ini tergolong sebagai tari yang hampir punah, maka tata rakit dan tata gerak penari sukar digambarkan.
            Penari tarian ini hanya laki-laki saja, usia remaja/dewasa,
berjumlah 7 orang. Satu diantaranya berfungsi sebagai Datu, sedangkan yang
lainnya berfungsi sebagai Sida. Pakaian tari terdiri dari: baju, celana warna
hitam, dan memakai tengkuluk. Musik pengiring terdiri dari: biola (viol),
gendang dan nyanyian. Peralatan lainnya adalah Dupa (perasap), dan lancang.
 

 
 
 
 
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar