Dalam tata hubungan kerja antara “Raja” dengan pembantunya, yang disebut dengan para menteri, staf khusus, staf ahli, tim ahli, badan-badan, kelompok kerja, panglima militer, kepala kepolisian, Kepala Kejaksaan, disamping ada yang profesional, kompetensi tinggi, wisdom, punya akal sehat yang tetap terjaga, tetapi banyak juga yang hanya punya modal ibarat panglima talam,
Senang menyajikan makanan dan kue-kue yang dibawanya di atas talam, tentu dengan lezat cita. Padahal sebagai panglima tugasnya bukan membawa talam berisi makanan, tetapi mengawal, menjaga keamanan dan keselamatan Raja. Tatapi supaya mendapat pujian Raja, tidak ada persoalan, dia yang membawa talam.
Memberikan
laporan yang bagus-bagus saja. Jika ada masalah disembunyikan dengan rapi
dengan berbagai cara. Raja senang, panglima talam pun kembang hidungnya.
Memberikan masukan kepada Raja, sesuai dengan pikiran dan kapasitas
berpikir sang Raja. Sehingga Raja tidak merasa berat dalam menyelenggarakan
roda pemerintahan. Panglima talam pun disegani dan ditakuti pembantu Raja.
Memberikan
laporan yang bagus-bagus saja. Jika ada masalah disembunyikan dengan rapi
dengan berbagai cara. Raja senang, panglima talam pun kembang hidungnya.
Membiarkan
sesuatu yang salah yang disampaikan Raja!pada rakyatnya, karena panglima talam tidak
mau ambil resiko tidak disenangi Raja.
Mampu
menciptakan puji-pujian dari negara asing, karena luasnya pergaulan panglima
talam dengan negara-negara yang ingin menggerus kekayaan alam negaranya
Karena
takut miskin setelah tidak lagi jadi panglima talam, maka mumpung dekat dengan
Raja, memupuk asset, kekayaan, seluas-luasnya, dan sedalam-dalamnya.
Panglima talam dengan kecakapannya meyakinkan Raja, sering menakut-nakuti rakyatnya yang membuat rakyat terpecah belah. Jika ada organisasi masyarakat yang dianggap membahayakan eksisitensi ‘Raja’ dan panglima talam dengan framing membahayakan keselamatan bangsa dan negara tidak segan-segan dibubarkan.
Mampu
mengkondisikan situasi dan kondisi yang membuat ‘Raja’ terpengaruh bahwa hanya
rajanya saja yang telah berhasil membangun. Raja-raja sebelumnya tidur panjang.
Panglima
talam dapat meyakinkan ‘Raja’ atau juga ‘Raja’ punya pikiran yang sama,
mengutamakan pembangunan infrastruktur secara besar-besaran. Pembangunan
manusia nanti, setelah infrastruktur selesai. Karena di infrastruktur ada
sesuatu yang diperoleh, yang tidak di dapat jika membangun SDM.
Karena ada perubahan konstitusi di kerajaan tersebut, dimana
‘Raja’ dipilih setiap 5 tahun sekali dari kalangan turunan keluarga ‘Raja’ dari
ratu maupun selir ‘Raja’, maka panglima talam sangat berperan dan mampu memoles
‘Raja’ menjelang PilRa (Pemilihan Raja) sebagai petahana periode kedua, dengan
membuat design bagi-bagi sembako,
bagi-bagi sepeda, bagi-bagi uang, bagi-bagi lahan, bagi-bagi kartu, yang
dananya dari rakyat, CSR BUMN dan pengusaha relasi panglima talam.
Dalam
debat petahana ‘Raja’ dengan calon ‘Raja’ di lapangan terbuka, sang panglima
talam teganya memberikan data dan fakta yang salah pada Raja. Dengan
bergairahnya Raja menyampaikannya di kerumunan rakyat. Akhirnya rakyat tahu
fakta dan data yang disampaikan bohong. Tapi sang Raja tidak peduli, dan para
panglima talam tiarap, diam seribu bahasa. Mungkin Raja berfikir hanya sedikit
rakyat yang tahu dia bohong, sebagian besar tidak mengetahui. Karena semua saluran
informasi sudah disumbat.
Rakyat diminta jangan menggosip. Jika yang disampaikan Rajabtidak
benar jangan disebarkan. Berlaku pepatah, biar pecah di perut, asal
jangan pecah di mulut.
Si
panglima talam sudah berhitung, kalau yang terpilih adalah turunan Raja yang
lain, pasti akan diadili dan masuk penjara, karena terlalu banyak dosa pada
rakyatnya.
Yang
hebatnya, ternyata sang Raja mengetahui semua gerak gerik, gaya, dan tipu
muslihat sang para panglima talam. Tetapi Raja membiarkan bahkan turut menikmatiya.