Rumah Adat Etnik Tamiang di Aceh hampir sama dengan rumah tradisional masyarakat melayu. Rumah adat Aceh Tamiang berbentuk panggung bertiang empat segi, banyak tiang rumah induk 9 atau 12 tiang. Berhubungan panjang agak sedikit melengkung ke tengah, dan bubungan dapur agak terpisah, sedikit lebih rendah dari rumah induk.
Tinggi Rumah induk Sekerujoung
(sepanjang jangkauan orang dewasa. Atau bertangga tujuh. Manju(teras), serambi
muka dapur tingginya separas, lebih rendah 30 cm dari dari rumah induk.
Biasanya rumah di usahakan menghadap kearah barat. Jika rumah berada di
pinggir sungai maka rumah menghadap kearah sungai karena ada pamali (tabu) bagi
perkauman Tamiang kalau rumahnya melintang sungai.
Seperti Rumah adat lainnya Rumah adat
Tamiang juga memiliki kekhasan dalam bentuk ukiran (relief). Pemberian
relief ataupun lukisan hanya dibuat pada pe miping (penahan angin) dan papan
yang membatasai tinggi antara serambi dengan rumah induk.
Jenis ukiran yang di jumpai pada
rumah adat Tamiang adalah berbentuk daun-daun kayu, bunga ataupun sejenis
akar-akaran yang merambat. Jenis lainnya berupa ukiran simetris yang saling
sambung dinamakan "awan berarak"
Salah satu kemiripan dengan rumah adat Aceh di rumah adat Tamiang juga memiliki lesung kaki maupun lesung tangan yang terdapat di bawah rumah. Lesung ini di gunakan sebagai alat untuk para dara menumbuk padi. Sedangkan kandang ternak di letakkan jauh di belakang rumah. Seiring perkembangan zaman model rumah Tamiang ini nyaris hilang, akibat dari terjadinya globalisasi. Masuknya budaya luar menyebabkan banyak perubahan dalam bentuk rumah masyarakat Aceh Tamiang.
terjadinya globalisasi. Masuknya
budaya luar menyebabkan banyak perubahan dalam bentuk rumah masyarakat Aceh
Tamiang.