Home

Sabtu, 13 Mei 2023

3 unsur dalam silat….

 

Menurut pikiran saya yang sederhana ini segala sesuatu dalam pencak silat mempunyai jumlah TIGA, paling tidak dalam inti sarinya; mari kita lihat bersama.


1.       Dalam bersilat terdapat TIGA unsur pokok kasat mata yang bergerak :

1. Kaki

2. Badan

3. Tangan


1.       Juga terdapat TIGA unsur yang tidak kasat mata :

1. Indera perasa (dalam hal ini adalah kulit tangan, pendengaran, dan penglihatan) yang kemudian memberikan sinyal kepada :

2. Pikiran, dalam hal ini otak yang kemudian bereaksi dan memberikan respon

3. Hati, yang dalam tataran tertentu mempunyai reaksi dan respon lebih cepat dan lebih bijak dari pikiran.

Berdasarkan unsur-unsur kasat mata dan tidak kasat mata di atas, maka seseorang yang mempelajari silat akan melalui TIGA tahapan, yaitu :

1. Gerak dasar, yang pasti akan dilalui setiap orang dalam belajar silat. Mulai dari gerak pemanasan, latihan gerakan dasar kaki, tangan, badan, dan sebagainya

2. Reflek, adalah buah dari gerak dasar yang dilatih terus menerus dan sudah menjadi kebiasaan. Reflek masih berada dalam dimensi pikiran, meskipun sudah sedemikian cepat nya dalam bergerak dam bereaksi.

3. Rasa, di mana reflek yang sudah terbentuk sedemikian rupa akan menghasilkan kemampuan mengolah dan memainkan rasa. Rasa berada dalam dimensi hati, di luar kendali otak dan pikiran.




3. TIGA gerak dalam bersilat

Dalam aliran maupun perguruan manapun, selalu terdapat TIGA unsur ini :

1. Sikap pasang; apapun namanya, bagaimanapun bentuknya selalu ada sikap pasang. Seorang pesilat yang bijak akan selalu bersikap siap sedia, ini lah yang saya maksud dengan SIKAP PASANG.

2. Jurus, baik itu rangakaian gerak maupun gerakan tunggal. Kembangan maupun ibing ilat Sunda) masuk dalam kategori JURUS.

3. Aplikasi/isi/maksud dari jurus.



Sikap Pasang terbagi menjadi TIGA bentuk utama :

1. Pasang kembar, dimana kedua kaki berdiri sejajar;

2. Pasang jurus, yaitu kaki kanan berada di depan, dan

3. Pasang suliwa, kebalikan dari pasang jurus yaitu kaki kiri berada di depan. Perkembangan dan variasi sikap pasang tidak akan terlepas dari ketiga bentuk di atas

Dalam jurus, TIGA hal pokok yang dipelajari adalah :

1. Pola langkah (maju, mundur, menyamping);

2. Bentuk dan gerakan badan yang disesuaikan dengan pola langkah, dan

3. Gerakan dan bentuk tangan dalam memukul dan menangkis/menangkap.

Sedangkan aplikasi berintikan TIGA unsur utama, yaitu :

1. Bagaimana cara
bertahan (tangkisan, tangkapan, blocking) ;

2. Bagaimana cara menyerang (memukul, menendang, menjatuhkan), dan

3. Bagaimana cara menghindar.


Nah, bagi seseorang yang ingin belajar pencak silat harus mempunyai TIGA syarat utama, yaitu :

1. Niat

2. Kemauan, dan

3. Ketekunan


Apabila salah satu dari tiga syarat utama tersebut tidak terpenuhi, dapat diramalkan bahwa yang bersangkutan tidak akan sukses, kecuali belajar nya hanya sekedar iseng-iseng saja.

Kalau direnungkan lebih dalam lagi, mungkin masih banyak aspek dalam pencak silat yang berujung pada ANGKA TIGA (3). Disebabkan pikiran saya yang masih sangat dangkal dan sederhana ini, maka uraian di atas sudah cukup membawa saya kepada satu pertanyaan : MENGAPA TIGA?

Dengan bertanya kesana-sini, baca ini-itu, dan tentu saja berbekal sedikt imajinasi saya sampai pada satu kesimpulan pribadi : bahwa pencak silat pada awalnya adalah buah rasa, karsa dan cipta para pendahulu yang sarat akan muatan rohani dan filosofis. Pada hakikatnya pencak silat adalah sarana perenungan akan hakikat kehidupan, bahwa manusia PASTI akan melawati TIGA tahap : LAHIR, HIDUP, dan MATI (hukum kehidupan yang berlaku umum).


Bahwa manusia hakikatnya terdiri dari TIGA unsur : Raga, Jiwa, dan Ruh. Raga adalah unsur fisik kasat mata yang membuat kita bisa beraktivitas. Dalam pencak silat inilah aspek gerak, jurus dan aplikasi. Jiwa adalah akumulasi dari persepsi, pengalaman, dan logika. Manusia dapat hidup tanpa jiwa (yang secara umum disematkan identitas “gila”). Lingkungan, pendidikan, dan pengalaman akan menentukan bagaimana JIWA seseorang terbentuk. Dalam pencak silat, inilah aspek kaedah berupa pemahaman akan makna dan maksud setiap gerakan baik dalam jurus maupun aplikasi; reflek terbentuk di sini. Ungkapan yang sering kita dengar adalah : “dia sudah menjiwai setiap detil gerak dari pencak silat”. Maka apabila seseorang mempelajari pencak silat hanya pada tataran gerak dan aplikasi tanpa memahami kaedah, seolah-olah pencak silat nya tidak berjiwa.

Ruh adalah makna sesungguh nya seorang manusia. Ruh adalah unsur ketuhanan yang suci sifatnya, bebas dari dualisme (misal : pertentangan antara susah-senang, bahagia-derita, dsb). Apabila unsur raga dan jiwa sangat dominan dalam kehidupan, maka sebaliknya RUH adalah unsur yang sepertinya tidak terperhatikan oleh sebagian besar kita. Para ahli spiritual sering berkata bahwa Ruh kita selama ini tertutup oleh dominasi hawa nafsu raga dan jiwa. Bukankah yang selalu didengungkan adalah ucapan ”jiwa dan raga?” Kita selalu berusaha memenuhi kebutuhan raga seperti makan, minum, tidur, dan lain-lain. Jiwa selalu kita manjakan dengan kesenangan, pujian, prestasi, kebanggaan, dan sebagainya. Hanya Ruh yang terlupakan.

Ruh hanya bisa dihidupkan dengan mengurangi perhambaan terhadan raga dan jiwa, pengendalian hawa nafsu. Jadi sangatlah wajar apabila para maestro “pencipta” pencak silat adalah seorang yang mementingkan unsur Ruh (spiritualis) dari pada raga dan jiwa. Oleh karena itu setelah melewati tahap gerak dan reflek, seorang pesilat yang memahami hakikat ruh akan meningkat pada tahapan RASA. Rasa yang bersemayam di hati.


Kesimpulan yang sangat sederhana ini membawa saya kepada pengertian bahwa hakikat nya pencak silat adalah sarana untuk memahami makna kehidupan yang terdiri dari TIGA unsur Ruh, Jiwa, dan Raga. Sedikit menyinggung konsep dalam agama, TIGA adalah angka keramat karena dalam agama Islam ketiga unsur itu adalah : ALLAH sang pencipta, MUHAMMAD sang utusan penuntun umat , dan INSAN (diri kita yang menjalani kehidupan). Agama Kristen mengenal konsep Trinitas, dan Hindu dengan konsep Trimurti.

Tidak ada kebenaran mutlak dalam setiap pendapat. Hukum dualisme menyatakan bahwa : ada benar ada salah, setuju dan tidak setuju, ya dan tidak, suka dan tidak suka, dan seterusnya. Oleh karena itu saya berusaha melepaskan diri dari penilaian benar atau salah, semua saya kembalikan kepada kelemahan saya pribadi dalam berasumsi. Karena kebenaran mutlak hanya milik NYA semata.

Wallahu ‘alam.






1 komentar:

banjer