Sabtu, 26 Oktober 2024
replanting kebon ukhang 2024
Senin, 09 September 2024
CERITA TENTANG LUKISAN
Seorang murid SD begitu mengagumi lukisan yang baru saja
dibuatnya. Dia menilai itu adalah karya terbaiknya. Dengan besar hati Dia
memasang lukisannya di etalase umum di sekolahnya. Dia berharap penilaian
tentang lukisannya dari teman-teman satu sekolah. Di bawah lukisan dia menulis
: " Barangsiapa yang menemukan kesalahan pada lukisan ini, mohon diberi
tanda dengan menggunakan tinta merah ".
Sore harinya ia temukan lukisan terbaik miliknya sudah penuh
dengan coretan-coretan merah. Begitu banyaknya coretan itu sehingga lukisan
aslinya tidak dikenali lagi .
Merasa gagal menampilkan karya terbaiknya dia pun mengadukan hal
ini pada gurunya. Guru yang bijak itu menasihati : " Besok kamu taruh lagi
lukisan terbaikmu di etalase sekolah. Tulislah dibawah lukisanmu itu kalimat
ini : " Barangsiapa yang menemukan kesalahan pada lukisan ini, mohon
gunakan kuas yang telah tersedia untuk memperbaiki ." Dan dia pun
melaksanakan nasihat gurunya.
Dari jauh ia memperhatikan, tidak seorang pun berani mendekat ke
lukisan itu. Bahkan sampai sore hari, tidak ada seorang pun temannya satu
sekolah yang mencoba memperbaiki lukisan itu.
Dia pun kembali menemui gurunya. Gurunya menjelaskan : "
Orang yang mampu mencari dan menemukan kesalahan/aib itu jumlahnya banyak
sekali. Namun orang yang mampu memberbaiki dan berbuat sesuatu untuk
menutupinya amatlah jarang/langka. Begitulah kondisi kita dewasa ini. Teramat
banyak yg mahir mengkritisi dan mencela, tapi tak satu pun yang datang dengan
solusi ".
Semoga Menginspirasi
Seorang murid SD begitu mengagumi lukisan yang baru saja
dibuatnya. Dia menilai itu adalah karya terbaiknya. Dengan besar hati Dia
memasang lukisannya di etalase umum di sekolahnya. Dia berharap penilaian
tentang lukisannya dari teman-teman satu sekolah. Di bawah lukisan dia menulis
: " Barangsiapa yang menemukan kesalahan pada lukisan ini, mohon diberi
tanda dengan menggunakan tinta merah ".
Sore harinya ia temukan lukisan terbaik miliknya sudah penuh
dengan coretan-coretan merah. Begitu banyaknya coretan itu sehingga lukisan
aslinya tidak dikenali lagi .
Merasa gagal menampilkan karya terbaiknya dia pun mengadukan hal
ini pada gurunya. Guru yang bijak itu menasihati : " Besok kamu taruh lagi
lukisan terbaikmu di etalase sekolah. Tulislah dibawah lukisanmu itu kalimat
ini : " Barangsiapa yang menemukan kesalahan pada lukisan ini, mohon
gunakan kuas yang telah tersedia untuk memperbaiki ." Dan dia pun
melaksanakan nasihat gurunya.
Dari jauh ia memperhatikan, tidak seorang pun berani mendekat ke
lukisan itu. Bahkan sampai sore hari, tidak ada seorang pun temannya satu
sekolah yang mencoba memperbaiki lukisan itu.
Dia pun kembali menemui gurunya. Gurunya menjelaskan : "
Orang yang mampu mencari dan menemukan kesalahan/aib itu jumlahnya banyak
sekali. Namun orang yang mampu memberbaiki dan berbuat sesuatu untuk
menutupinya amatlah jarang/langka. Begitulah kondisi kita dewasa ini. Teramat
banyak yg mahir mengkritisi dan mencela, tapi tak satu pun yang datang dengan
solusi ".
Semoga Menginspirasi
PERMAINAN TRADISIONAL SEMBHOGH ELANG (TEMIANG)/SAMBER ELANG
Permainan masa kanak2 ini dulu sering dimainkan dikala ada acara
hajatan pesta dikediaman disalah satu masyarakat kampung dan terkadang kami
sering memainkannya dikala saat bulan ramadhan setelah selesai sholat tarawih
bahkan yang lebih anehnya permainan ini akan dimainkan oleh anak2 disaat ada
acara tahlilan malam ke 7 dan malam 40 hari di rumah duka orang yang meninggal,
yang namanya anak2 diwaktu itu tidak mengerti kondisi waktu sehingga dimana ada
acara keramaian disitulah muncul permainan anak2.
Permainan sembogh elang ini terdiri dari dua tim dengan masing2
tim terdiri dari 5 sampai 10 orang, satu tim di sebut dengan Elang dan yang
satu Tim disebut istilahnya seperti ayam, jadi yang dibutuhkan dalam permainan
ini adalah kekuatan berlari dan kekompakan tim.
Sebelum permainan dimulai akan dibuatkan sebuah lingkaran besar
dihalaman salah satu rumah penduduk yang memiliki halaman yang cukup luas dan
disepakati bersama batas2 lokasi tempat berlari.
Tim elang akan mengejar tim ayam dan mengkapnya satu persatu
lalu dimasukan kedalam lingkaran yang sudah dibuatkan tadi, tim ayam yang
tertangkap oleh tim elang akan dijaga oleh beberapa orang dari tim elang
sedangkan sisa dari tim elang terus mengejar tim ayam yang belum tertangkap.
Tim ayam akan segera berupaya menyelamatkan timnya yang
tertangkap dan terkurung didalam lingkaran dengan cara menyambar tim ayam yang
tertangkap sedangkan tim elnag yang menjaga lingkaran tersebut terus berupaya
agar tim ayam yang sudah tertangkap jangan sampai lepas.
Permainan ini sebenarnya sangat melelahkan, sebab permainannya
terus berlari-lari, jika tim yang ayam yang sudah tertangkap lalu disambar oleh
temannya tim ayam maka anggotanya tersebut harus bersiap-siap dan berusaha
untuk keluar dari lingkaran tersebut dan berupaya agar jangan sampai tertangkap
lagi oleh tim elang dengan cara berlari sekuat tenaga, NAMUN ADA JUGA TERKADANG
TIM AYAM YANG SUDAH TERTANGKAP TERSEBUT DIA SUDAH MERASA KELELAHAN DAN DIA
MERASA SUDAH NYAMAN BERADA DIDALAM LINGKARAN TIM ELANG SEHINGGA KETIKA TEMANNYA
MENYAMBAR DIA ENGGAN UNTUK BERLARI LAGI DAN ENGGAN UNTUK KELUAR DARI JONA
NYAMANNYA DIDALAM LINGKARAN TERSEBUT.
Jadi begitulah seterusnya Tim elang terus memburu tim ayam untuk
ditangkap keseluruhannya, apa bila tim ayam sudah ketangkap keseluruhannya maka
tim akan bergantian untuk menjadi tim elang dan tim ayam, betulah seterusnya
permainan ini dimainkan sampai lelah baru berhenti.
Ternyata makna yang tersirat dari permainan tradisional ini
adalah membangun kekompakan tim dan saling membantu teman yang sedang dalam
kesulitan, ketika teman berada dalam lingkaran kesulitan maka teman yang lain
berupaya mengulurkan tangannya untuk memberikan pertolongan kepada temannya
yang berada dalam lingkaran kesulitan, pertolongan itu pun diberikan bukan
berarti yang ditolong tersebut akan digendong sampai keluar dari lingkaran
masalahnya namun diharuskan juga untuk saling berlari bersama karena si
penolong tidak sanggup untuk menggendongnya artinya ada usaha kita sendiri juga
untuk keluar dari masalah kita sendiri setelah ada sedikit bantuan dari teman
kita.
Namun ada juga yang memang ketika ingin dibantu namun yang mau
dibantu dia merasa sudah lelah sehingga dia merasa nyaman saja ketika berada
dalam lingkarannya.
Sekian cerita permainan Sembogh Lang ini.
BUDAYA KERIS JAWA PONOROGO
Orang-orang Ponorogo (yang sebenarnya) bila membawa keris pasti
akan diletakan di bagian depan/menyamping, tidak dibelakang seperti yang
dilakukan oleh keraton-keraton Jawa.
Bila di Ponorogo ditemukan orang membawa keris di belakang
badan, sudah pasti itu pengaruh dari keraton Jawa modern. Karena Ponorogo
sendiri sebenarnya pernah menjadi pengaruh yang kuat terkait style membawa
keris diletakan didepan badan, pada keraton Jawa.
Di kesultanan Mataram Islam
Amangkurat II telah mendapatkan bantuan dari Ponorogo untuk
menghalau pemberontakan Trunojoyo yang dibantu Makassar kepada keraton, bila
dilihat saat ini pihak keraton mengenakan keris dibagian belakang, berbeda
dengan yang terdahulu.
Pada lukisan Amangkurat II dan Amangkurat III mengenakan keris
pada bagian depan/menyamping, tidak diletakkan pada bagian belakang hingga
estafet pada pangeran Diponegoro yang pernah belajar di Pondok Tegalsari
Ponorogo.
Apakah penyeragaman keris di belakang badan adalah produk dari
Hindia Belanda setelah perang Jawa yang dilakukan oleh pangeran Diponegoro?
Yang pasti telah diketahui bahwa seluruh punggawa keraton Jawa selalu
meletakkan pada bagian belakang apabila membawa keris.
Berbeda dengan Ponorogo, bila membawa keris akan diletakkan pada
bagian depan yang masih dipertahankan hingga saat ini
BUDAYA TIDUR SIANG DI ACEH
Fakta Menarik "Eh Leuho" Budaya Tidur Siang di Sabang,
Aceh
Budaya tidur siang di Sabang sudah menjadi pembahasan menarik
bagi para turis yang mengunjungi Kota Sabang, Provinsi Aceh. Kebiasaan toko dan
pelayanan yang tutup pada siang hari ini menjadi keunikan tersendiri dari kota
yang sering di kenal dengan Pulau Weh tersebut.
Di mulai dari jam 12 siang hingga 4 sore, toko kelontong,
swalayan, dan yang lainnya biasanya tutup. Yang buka hanya rumah makan,
bengkel, kedai kopi dan tempat wisata, dengan pelayanan terbatas.
Namun, tahukah kamu, bahwa budaya tidur siang atau “eh leuho” di
Sabang ini merupakan warisan kearifan lokal?
Budaya tidur siang ini pun menimbulkan beragam pandangan dari
setiap turis yang datang. Sebagian orang ada pula yang berpandangan buruk
dengan kebiasaan ini, terutama bagi pengunjung yang sama sekali belum
mengetahui budaya tidur siang di Sabang karena terkejut, merasa tidak nyaman,
dan kesulitan mendapatkan kebutuhan dan layanan pada siang hari.
Pengunjung dari luar juga beranggapan bahwa kebiasaan tersebut
dapat mengganggu waktu belajar bagi siswa dan mahasiswa, juga mengurangi
produktivitas karena tidak sesuai dengan norma kerja secara umum di tempat
lainnya dan dapat menyebabkan malas. Persepsi seperti ini secara tidak langsung
juga ikut mempengaruhi pandangan mereka terhadap masyarakat Sabang secara
keseluruhan.
Sejarah “Eh Leuho”
Budaya tidur siang ini ternyata adalah sebuah kebiasaan dari
aktivitas masyarakat Sabang puluhan tahun yang lalu, yang masih banyak
diterapkan hingga saat ini. Budaya ini berawal dari tahun 1965, ketika Sabang
masih beroperasi sebagai pelabuhan bebas Indonesia.
Pada masa-masa ini, masyarakat harus bongkar muat barang di
malam hari dari kapal yang masuk. Hal ini di sebabkan oleh jadwal kapal-kapal
yang menyeberang ke Banda Aceh pada pagi harinya.
Masyarakat Sabang sendiri beraktivitas pada pagi harinya, dan
memilih tidur atau beristirahat di siang hari untuk mempersiapkan diri
beraktivitas kembali di malam harinya. Aktivitas ini pun akhirnya masih menjadi
kebiasaan yang sukar ditinggalkan oleh masyarakat Sabang hingga sekarang.
Karena kebiasaan ini berulang untuk waktu yang lama, menjadi
kebiasaan yang di ajarkan turun temurun, yang mana telah melekat dan menjadi
tradisi.
Budaya Serupa dari Spanyol
Selain di Sabang, ternyata ada tempat lain yang juga menganut
budaya tidur siang, yakni di Spanyol. Negara yang terkenal dengan prestasi
olahraga bola sepak ini ternyata juga memiliki sejarah yang tak kalah menarik
di balik budaya tidur siang mereka, yakni "siesta".
Dikutip dari lister, siesta didasari dari kebiasaan aktivitas
para petani di Spanyol yang menggunakan waktu siang sebagai waktu istirahat
untuk menghindari waktu terpanas pada hari tersebut. Di tambah, seusai perang
saudara, warga Spanyol biasanya memiliki dua pekerjaan demi memenuhi kebutuhan
keluarga mereka.
Maka waktu luang antara peralihan pekerjaan tersebut mereka
gunakan untuk mengisi kembali energi mereka agar dapat maksimal di pekerjaan
keduanya juga.
Waktu melakukan siesta warga Spanyol adalah antara jam 2 siang
hingga jam 5 sore. Selain dari alasan di atas, budaya tersebut juga dilakukan
karena alasan jam buka toko disana.
Di ketahui bahwa di Spanyol di berlakukan undang-undang waktu
perdagangan sebanyak 72 jam per minggunya, dan 8 hari minggu per tahun.
Kebijakan ini membuat toko-toko disana tutup pada waktu siang, dimana warga
Spanyol bersembunyi dari panasnya hari.
Namun, seiring dengan tekanan padatnya pekerjaan di zaman yang
kian berkembang, menjadikan budaya siesta ini kian di tinggalkan. Kini,
sebagian besar warga Spanyol bahkan tidak pernah tidur siang. Akhir pekan
adalah satu-satunya kesempatan mereka untuk dapat melakukan siesta seusai makan
siang. Siesta hanya dilakukan oleh kalangan usia lanjut dan berlaku lebih
efisien ketika musim panas tiba.
Rabu, 04 September 2024
TEMPO DULU DI ACEH TAMIANG
ACEH TAMIANG TEMPO DOELOE
PETA ATJEH TEMPO DOELOE
Industri Perminyakan di Rantau - Aceh Tamiang masa
Kolonial
Jembatan lama Kota Kualasimpang ; sekarang sudah
berganti
8 feb 1920 pejabat eropa di sungai tamiang
Desa Perdamaian Kualasimpang - Aceh tamiang ; dulu
komplek Perkebunan
Eks Kantor Wedana Masa Kolonial hingga tahun
1970-an ;
sekarang PENDOPO BUPATI ACEH TAMIANG
1923 Houtvester
C.H. Japing met bosarchitect Warouw in een vloedbos bij de Sungai Iyu
Bangunan di samping Istana Karang Aceh Tamiang ;
Sekarang Kantor PDAM
Istana Karang Tamiang
SINOPSIS PELINTAU 2024
PELINTAU
TAMIANG
Pencak Silat Pelintu Tamiang merupakan sebuah
pertunjukan seni bela diri yang lahir dari keharmonisan antara manusia dan
alam, terinspirasi dari gerakan gerakan hewan liar di hutan, aliran sunggai,
dan desiran angin,
Pencak silat Pelintu Tamiang menampilkan
kekayaan seni beladiri yang sudah diwariskan turun-temurun, memadukan unsur
seni, beladiri, adat dan budaya.
Pertunjukan dimulai dengan salam
penghormatan, pembukaan, yang di sebut
dengan gerak titi batang, menonjol kan Gerakan yang harmonis dan penuh kewaspadaan.
Setiap gerakan diperagakan dengan presisi
tinggi, memperlihatkan keahlian para pesilat dalam menggabungkan kekuatan dan
ketangkasan.
Dalam setiap gerakan, ada jiwa yang hidup,
ada doa yang terucap. Silat ini lahir dari tanah yang kita pijak, dari semangat
yang membara di hati, dari cinta akan kedamaian dan keadilan.
Silat ini menonjolkan keindahan dan
ketanggasan dengan menggunakan tangan kosong, pisau, toya, dan pedang.
Pencak silat pelintau telah banyak menikuti
even pertujukan dalam maupun luar daerah.
Pelintau tamiang Di kukuhkan pada tahun 1953
dan telah terdaftar menjadi warisan nudaya tak benda Indonesia ( WBTB ) pada
tahun 2019.
“ Pelintau tamiang di guying buleh di cabuk
te’ek “
TEARET PERJUANGAN PELINTAU TAMIANG DI MASA PENJAJAHAN
Silat Pelintau dalam perjuangan
CHAPTER
1
Di sebuah lembah sunyi yang
tersembunyi di antara perbukitan hijau Aceh Tamiang, hiduplah seorang petapa
bijaksana bernama Maha Guru OK Said bin Unus. Maha guru dikenal karena
kebijaksanaan dan keterampilannya dalam ilmu bela diri, merasa terpanggil untuk
melindungi tanah kelahirannya. Suatu malam, dalam meditasinya yang khusyuk di
gua suci, Maha guru mendapat petunjuk gaib. Ia melihat bayangan burung
pelintau—seekor burung yang lincah dan tangkas—mewarnai langit malam dengan
tarian yang indah namun mematikan. Gerakan burung itu seakan berbicara dalam
bahasa tubuh yang dipenuhi kekuatan, kelincahan, dan strategi. Maha guru
menyadari bahwa inilah tanda dari Yang Maha Kuasa untuk menciptakan sebuah ilmu
bela diri yang akan mengakar kuat di tanah Aceh Tamiang.
CHAPTER 2
Di tanah yang kaya akan tradisi dan
budaya, tersembunyi di balik hutan lebat dan aliran sungai yang jernih, dihuni
oleh orang-orang yang hidup selaras dengan alam, menghormati leluhur, dan
menjunjung tinggi warisan mereka. Di sinilah, dalam keheningan malam yang
syahdu, terdengar suara alunan seruling yang mengiringi latihan para pendekar
muda.
Malam itu, bulan purnama menggantung
tinggi di langit, menerangi tanah dengan sinar perak. Di tengah lapangan desa,
seorang pria tua dengan rambut beruban duduk bersila di atas tanah. Dialah Guru
Tua, seorang pendekar yang dihormati, penjaga ilmu bela diri kuno yang disebut
Silat Pelintau. Di hadapannya, murid-muridnya berdiri dengan penuh perhatian,
menyimak setiap gerakan dan nasihat yang keluar dari mulut sang guru.
MAHA
GURU
, "Silat Pelintau bukanlah sekadar ilmu untuk berkelahi. Ini adalah seni, warisan leluhur kita, jembatan yang menghubungkan kita dengan masa lalu dan masa depan. Dalam setiap gerakan, ada jiwa yang hidup, ada doa yang terucap. Silat ini lahir dari tanah yang kita pijak, dari semangat yang membara di hati kita, dari cinta akan kedamaian dan keadilan.""Anak-anakku,"
"Dan kalian, anak-anakku,"
(Prolog)
Dengan semangat yang menyala dalam diri mereka, murid-murid pun mulai berlatih, mengikuti setiap gerakan dengan ketelitian dan kehati-hatian. Di bawah cahaya bulan, bayangan mereka bergerak seperti bayangan pepohonan yang menari dihembus angin malam, menciptakan sebuah pemandangan yang memukau dan penuh makna.
Murid
1
Maha guru
Sabarlah anak ku,waktu itu tidak lama lagi, tentulah kita akan menunjukan diri kita dan menjadi barisan terdepan, kita berlatih di balik rindang hutan tamiang ini karena agar hamba pula bisa memberikan semua ilmu silat ini kepada kalian, penjajah tidak tinggal diam, sampai hari ini mereka masih mecari keberadaan kita, hendaklah hamba kyusuk melatih Ananda semua, agar semua kalian siap saat waktu yang tepat.
CHAPTER
3
Belanda
“ Datok, aku bertanyak kepadamu, jawablah jujur sebelum marsose ku membunuh semua rakyat mu, dimana keberadaan OK said bin yunus dan pasukannya berada?
Datok
Aku tahu mereka dimana, aku akan memberi tahu
jumlah mereka dan kekuatan mereka,
Belanda
Nah ini yang aku suka ,,, katakan dimana
Datok
(gestur mendekati belanda dan langsung meludah wajah belanda)
Lebih baik mati dari pada hidup dengan penjajah
Para marsose pun memukuli datok yang meludah
Belanda
Berhenti, kalian orang tamiang memang keras kepala
(menodongkan senjata di kepala datok)
Datok
Yang kunanti adalah syahid dari pada murka berdampingan hidup dengan kalianTembak lah aku sekarang, tak sedikit pun gentar jiwa dan raga ku
Dari kejauhan muncul suara Gong, membuat marsose panik karna akhirnya rombongan pesilat datang menyelamatkan masyarakat yang di sandera oleh belanda.
BELANDA
Oh, ini yang disebut dengan Maha Guru
Oka Said bin yunus dan pasukannya yang mahsyur karena silat kalian
Maha
Guru
Dan kalian penjajah yang telah
merampas kemerdekaan kami
Belanda
Sudah lama aku mencari kalian,
Maha
Guru
Tak perlu mencari kami, karena hari
ini dan setelahnya kami lah yang akan mencari kalian dan mengusir kalian dari
tanah tamiang.
Belanda
Betapa sombongnya kalian ini
Maha
Guru
Tidak ada sombong bagi kami, tapi
kami paling tahu apa yang terbaik bagi bangsa kami, dan tak usah berlama-lama
lagi, serang !!!
Pertempuran terjadi antara pesilat dan
marsose hingga semua terbunuh pasukan marsose di tangan para pesilat pelintau.
(Prolog)
Di sinilah awal mula kisah ini
dimulai, sebuah kisah tentang keberanian, warisan, dan cinta akan tanah air,
yang terwujud dalam gerakan indah Silat Pelintau.
Dengan dedikasi yang tinggi, Ok said
bin Yunus menggabungkan kekuatan alami dengan kelincahan yang elegan,
menciptakan sebuah aliran silat yang mampu menandingi musuh dengan ketepatan
dan kecepatan. Ilmu ini dinamakan "Silat Pelintau,"
Silat Pelintau kemudian diwariskan
dari generasi ke generasi, menjadi simbol kekuatan dan kearifan lokal Aceh
Tamiang. Setiap gerakannya bukan hanya sebuah teknik bertarung, tetapi juga
cerminan dari filosofi hidup yang menghargai keharmonisan dengan alam dan
sesama manusia.
Lembaran baru ini dimulai,
Ketika kekuatan dan kebijaksanaan bersatu, Silat
Pelintau lahir, Dari tanah Aceh Tamiang Tanah Bumi Muda Sedia
SELESAI
-
Macam-macam sikap pasang dalam pencak silat Sikap Pasang Satu yakni sikap dengan kuda-kuda tengah belakang, dengan berat badan di tenga...
-
SENI PENCAK SILAT PELINTAU TAMIANG Perguruan Seni Pencak Silat Pelintau Tamiang merupakan seni pencak silat tradisional peninggalan d...
-
Aceh telah mewariskan pusaka khazanah berharga berupa naskah-naskah tulisan tangan (manuscripts) sejak beberapa abad yang lalu, negeri Ser...
-
Siapa sih yang tidak pernah mendengar tentang pencak silat? Ya, salah satu kesenian bela diri asli Kepulauan Melayu ini secara luas dikenal ...