Home

Sabtu, 13 Mei 2023

FOTO PELINTAU DALAM PENYAMBUTAN ADAT DAN BUDAYA














































 

Sejarah Silat Tamiang

Pencak  silasudah ada  sejak  lama, lebi tua   dar pad sejarah Negara Kesatuan Republik Indonesia itu sendiri. Silat yang berkembang pada kerajaan- kerajaan di Nusantara,  digunakan  untuk memberi teknik beladiri berperang kepada prajurit. Prajurit-prajurit disetiap kerajaan sudah dibekali dengan keterampilan dan teknik-teknik  pembelaadiri  sesuai dengan teknik silat yang berkembang di masing- masing daerah Nusantara, termasuk daerah Aceh Tamiang. Di Aceh Tamiang silat sudah ada sejak jaman penjajahaBelanda,  akan  tetapi masyarakat masih berlatih secara sembunyi-sembunyi di hutan rimba agar tidak diketahui oleh prajurit Belanda.

Mereka berlatih secara sembunyi- sembunyi pada malam hari dengan menggunakan obor Pada mulanya gerak-gerak beladiri ini merupakan pengalaman-pengalaman mereka  ketika  mereka  mempertahankan diri dari serangan binatang buas, penjajah dan suku-suku lain. Akibat terlampau sering mereka diserang, maka timbul beberapa  itikad  baik  dari pemuda  suku Tamiang untuk  mendapatkan ilmu  yang mereka  hubungkan  dengan  ilmu kebatinan. Hal ini sesuai dengan kegemaran para pemuda Tamiang pada jaman dahulu  yaitu pergi bersemedi ke tempat-tempat yang suci.


Silat Tamiang sedikit banyaknya dipengaruhi oleh budaya dan agama luar seperti  budaya  hindu,  budha  dan  Islam


Silat  yang berkembang di Kerajaan Tamiang  ketika  itu  merupakan kemampuan beladiri yang dipelajari oleh prajurit-prajurit kerajaan untuk berperang melawan musuh demi menjaga keutuhan kerajaan. Setelah Negara Indonesia merdeka pada tahun 1945, pemerintahan tidak  lagi  berada  di  kerajaan  Tamiang, akan tetapi sudah berpindah pada pemerintahan pusat di Batavia (Jakarta). Hal ini menyebabkan kesenian yang pada awalnya berkembang di kerajaan, lama kelamaan berkembang juga dimasyarakat luas yang ditandai dengan berdirinya Perguruan Silat Pelintau oleh Maha guru OK. Said di Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang.


OK. Said adalah  seniman  biasa  yang  peduli terhadap kebudayaan suku Tamiang sehingga  beliau  mengembangkan kesenian yang ada di kerajaan ke masyarakat termasuk kesenian Silat Song- song. Pada awalnya sebelum Indonesia merdeka OK. Said hanyalah seorang pemuda  biasa  yang  gemar  pergi bersemedi  ke  tempat-tempat  yang dianggap suci. Sepulang dari bersemedi, beliau menemukan ilmu kebatinan dan menerapkannya   pada   gerak-gerak   silat dan beliau mulai berlatih serta mengajarkan kepada pemuda-pemuda Tamiang untuk belajar silat agar dapat membela diri dari serangan  musuh atau binatang buas. OK. Said mendirikan Perguruan Silat Pelintau pada tahun 1953.


Kata Pelintau berasal dari bahasa Tamiang yang artinya, Pelin berarti semua dan Tau berarti tahu, jadi Pelintau berarti semua tahu. Perguruan Silat Pelintau didirikan sebagai bagian dari kesenian beladiri yang sudah diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Perguruan Silat Pelintau di kenal, dikagumi dan dihormati sebagai gerak beladiri milik suku Tamiang. Karena geraknya yang indah dan mudah dipelajari maka  silat  Tamiang juga  berfungsi sebagai silat penyambutan dan hiburan.









 

3 unsur dalam silat….

 

Menurut pikiran saya yang sederhana ini segala sesuatu dalam pencak silat mempunyai jumlah TIGA, paling tidak dalam inti sarinya; mari kita lihat bersama.


1.       Dalam bersilat terdapat TIGA unsur pokok kasat mata yang bergerak :

1. Kaki

2. Badan

3. Tangan


1.       Juga terdapat TIGA unsur yang tidak kasat mata :

1. Indera perasa (dalam hal ini adalah kulit tangan, pendengaran, dan penglihatan) yang kemudian memberikan sinyal kepada :

2. Pikiran, dalam hal ini otak yang kemudian bereaksi dan memberikan respon

3. Hati, yang dalam tataran tertentu mempunyai reaksi dan respon lebih cepat dan lebih bijak dari pikiran.

Berdasarkan unsur-unsur kasat mata dan tidak kasat mata di atas, maka seseorang yang mempelajari silat akan melalui TIGA tahapan, yaitu :

1. Gerak dasar, yang pasti akan dilalui setiap orang dalam belajar silat. Mulai dari gerak pemanasan, latihan gerakan dasar kaki, tangan, badan, dan sebagainya

2. Reflek, adalah buah dari gerak dasar yang dilatih terus menerus dan sudah menjadi kebiasaan. Reflek masih berada dalam dimensi pikiran, meskipun sudah sedemikian cepat nya dalam bergerak dam bereaksi.

3. Rasa, di mana reflek yang sudah terbentuk sedemikian rupa akan menghasilkan kemampuan mengolah dan memainkan rasa. Rasa berada dalam dimensi hati, di luar kendali otak dan pikiran.




3. TIGA gerak dalam bersilat

Dalam aliran maupun perguruan manapun, selalu terdapat TIGA unsur ini :

1. Sikap pasang; apapun namanya, bagaimanapun bentuknya selalu ada sikap pasang. Seorang pesilat yang bijak akan selalu bersikap siap sedia, ini lah yang saya maksud dengan SIKAP PASANG.

2. Jurus, baik itu rangakaian gerak maupun gerakan tunggal. Kembangan maupun ibing ilat Sunda) masuk dalam kategori JURUS.

3. Aplikasi/isi/maksud dari jurus.



Sikap Pasang terbagi menjadi TIGA bentuk utama :

1. Pasang kembar, dimana kedua kaki berdiri sejajar;

2. Pasang jurus, yaitu kaki kanan berada di depan, dan

3. Pasang suliwa, kebalikan dari pasang jurus yaitu kaki kiri berada di depan. Perkembangan dan variasi sikap pasang tidak akan terlepas dari ketiga bentuk di atas

Dalam jurus, TIGA hal pokok yang dipelajari adalah :

1. Pola langkah (maju, mundur, menyamping);

2. Bentuk dan gerakan badan yang disesuaikan dengan pola langkah, dan

3. Gerakan dan bentuk tangan dalam memukul dan menangkis/menangkap.

Sedangkan aplikasi berintikan TIGA unsur utama, yaitu :

1. Bagaimana cara
bertahan (tangkisan, tangkapan, blocking) ;

2. Bagaimana cara menyerang (memukul, menendang, menjatuhkan), dan

3. Bagaimana cara menghindar.


Nah, bagi seseorang yang ingin belajar pencak silat harus mempunyai TIGA syarat utama, yaitu :

1. Niat

2. Kemauan, dan

3. Ketekunan


Apabila salah satu dari tiga syarat utama tersebut tidak terpenuhi, dapat diramalkan bahwa yang bersangkutan tidak akan sukses, kecuali belajar nya hanya sekedar iseng-iseng saja.

Kalau direnungkan lebih dalam lagi, mungkin masih banyak aspek dalam pencak silat yang berujung pada ANGKA TIGA (3). Disebabkan pikiran saya yang masih sangat dangkal dan sederhana ini, maka uraian di atas sudah cukup membawa saya kepada satu pertanyaan : MENGAPA TIGA?

Dengan bertanya kesana-sini, baca ini-itu, dan tentu saja berbekal sedikt imajinasi saya sampai pada satu kesimpulan pribadi : bahwa pencak silat pada awalnya adalah buah rasa, karsa dan cipta para pendahulu yang sarat akan muatan rohani dan filosofis. Pada hakikatnya pencak silat adalah sarana perenungan akan hakikat kehidupan, bahwa manusia PASTI akan melawati TIGA tahap : LAHIR, HIDUP, dan MATI (hukum kehidupan yang berlaku umum).


Bahwa manusia hakikatnya terdiri dari TIGA unsur : Raga, Jiwa, dan Ruh. Raga adalah unsur fisik kasat mata yang membuat kita bisa beraktivitas. Dalam pencak silat inilah aspek gerak, jurus dan aplikasi. Jiwa adalah akumulasi dari persepsi, pengalaman, dan logika. Manusia dapat hidup tanpa jiwa (yang secara umum disematkan identitas “gila”). Lingkungan, pendidikan, dan pengalaman akan menentukan bagaimana JIWA seseorang terbentuk. Dalam pencak silat, inilah aspek kaedah berupa pemahaman akan makna dan maksud setiap gerakan baik dalam jurus maupun aplikasi; reflek terbentuk di sini. Ungkapan yang sering kita dengar adalah : “dia sudah menjiwai setiap detil gerak dari pencak silat”. Maka apabila seseorang mempelajari pencak silat hanya pada tataran gerak dan aplikasi tanpa memahami kaedah, seolah-olah pencak silat nya tidak berjiwa.

Ruh adalah makna sesungguh nya seorang manusia. Ruh adalah unsur ketuhanan yang suci sifatnya, bebas dari dualisme (misal : pertentangan antara susah-senang, bahagia-derita, dsb). Apabila unsur raga dan jiwa sangat dominan dalam kehidupan, maka sebaliknya RUH adalah unsur yang sepertinya tidak terperhatikan oleh sebagian besar kita. Para ahli spiritual sering berkata bahwa Ruh kita selama ini tertutup oleh dominasi hawa nafsu raga dan jiwa. Bukankah yang selalu didengungkan adalah ucapan ”jiwa dan raga?” Kita selalu berusaha memenuhi kebutuhan raga seperti makan, minum, tidur, dan lain-lain. Jiwa selalu kita manjakan dengan kesenangan, pujian, prestasi, kebanggaan, dan sebagainya. Hanya Ruh yang terlupakan.

Ruh hanya bisa dihidupkan dengan mengurangi perhambaan terhadan raga dan jiwa, pengendalian hawa nafsu. Jadi sangatlah wajar apabila para maestro “pencipta” pencak silat adalah seorang yang mementingkan unsur Ruh (spiritualis) dari pada raga dan jiwa. Oleh karena itu setelah melewati tahap gerak dan reflek, seorang pesilat yang memahami hakikat ruh akan meningkat pada tahapan RASA. Rasa yang bersemayam di hati.


Kesimpulan yang sangat sederhana ini membawa saya kepada pengertian bahwa hakikat nya pencak silat adalah sarana untuk memahami makna kehidupan yang terdiri dari TIGA unsur Ruh, Jiwa, dan Raga. Sedikit menyinggung konsep dalam agama, TIGA adalah angka keramat karena dalam agama Islam ketiga unsur itu adalah : ALLAH sang pencipta, MUHAMMAD sang utusan penuntun umat , dan INSAN (diri kita yang menjalani kehidupan). Agama Kristen mengenal konsep Trinitas, dan Hindu dengan konsep Trimurti.

Tidak ada kebenaran mutlak dalam setiap pendapat. Hukum dualisme menyatakan bahwa : ada benar ada salah, setuju dan tidak setuju, ya dan tidak, suka dan tidak suka, dan seterusnya. Oleh karena itu saya berusaha melepaskan diri dari penilaian benar atau salah, semua saya kembalikan kepada kelemahan saya pribadi dalam berasumsi. Karena kebenaran mutlak hanya milik NYA semata.

Wallahu ‘alam.






Tujuan Silat.

Sesuai dengan rumusan dasar falsafah di atas maka tujuan dari silat ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1.            “Mendidik para pesilat yang selalu menggunakan akal sehatnya, berfikir logis efektif dan efisien yang dilandasi oleh iman dan taqwa kepada Allah serta kasih sayang sesama manusia”Untuk mencapai tujuan tersebut pesilat dituntut untuk memiliki sikap diri sebagai berikut:

2.            Selalu memelihara ketaatan kepadaNya, menjalankan segala perintah dan menjauhi semua laranganNya.  Menunaikan ibadah kepada Allah, karena memang untuk itulah manusia diciptakan

3.            Memperbanyak berzikir dan bertasbih untuk mengingat dan mensucikan Allah seperti diperintahkan dalam Al Quran dan hadis Rasulullah.

4.            Mawas diri, tidak lalai dalam mengingat Allah karena mereka menyadari bahwa Allah selalu mengawasinya.

5.            Mendidik dan membina para pesilat yang berbudi mulia, rendah hati, selalu menghormati dan menjaga hubungan dengan manusia lain.

6.            Tidak merasa mulia diri, karena kemuliaan itu hanyalah milik Allah, dan rasa mulia diri membawa kepada kesombngan dan bangga diri serta takabur, sifat yang tidak disukai Allah.

7.            Mampu mengendalikan nafsu, tidak zalim dan tidak mau berbuat jahat karena menyadari bahwa hal itu hanya akan menimpa dirinya sendiri.

8.            Tidak menggunakan kependekarannya, kecuali untuk membela diri demi kebenaran dan keadilan.


Dalam hal ini lebih suka mengambil sikap bijak, pemaaf yang dilandasi rasa kasih sayang dan tidak berbuat zalim. Dalam ajaran silat ini tidak dikenal apa yangdinamakan lawan atau musuh dan berlaku suatu adagium: “Musuah indak dicari, basuo paralu diilakkan “ (Musuh tidak dicari-cari, bertemu perlu dielakkan). Bila diserang tidak dibenarkan membalas langsung.




Seorang pesilat tidak dibenarkan melakukan tindakan-tindakan yang menyakiti orang. Biasanya seseorang yang menyerang orang lain berada dalam keadan marah. Oleh karenanya kalau disakiti akan bertambah-tambah kemarahannya. Akibatnya perkelahian tidak dapat dihindarkan. Maka yang akan terjadi adalah permusuhan bukan persaudaraan. Ini bertentangan dengan falsafah zhahir silat mencari kawan.

Kepada setiap pesilat ditanamkan sikap diri untuk selalu menghormati manusia lain. Sikap diri ini diwujudkan dalam perbuatan. Kalau diserang pada tahapan pertama anggaplah yang menyerang itu ibu atau bapa.

Reaksi yang boleh dilakukan adalah mengelak atau menangkis serangan dengan lemah lembut dalam arti tidak menyakiti sipenyerang. Berilah dia nasehat secara baik-baik. Kalau yang bersangkutan masih menyerang anggap dia guru. Reaksi yang dilakukan sama dengan pada serangan pertama dan 


Rabu, 10 Mei 2023

Pakaian Pelintau dan Kelengakapan Nya


                    Pada awalnya pesilat berhadapan di depan pengantin laki-laki atau tamu dengan melakukan     sembah, sebagai bentuk penghormatan bagi pengantin atau tamu. 
Kemudian pesilat melakukan rangkaian gerak silat yang merupakan rangkaian beragam gerakan silat dari masing-masing daerah setempat. Pakaian para pesilat adalabaju Kurung Melayu, lengkap berkain samping berselempang dan tengkulok.




Pada setiap penampilannya, Pencak Silat Pelintau mengunakan kostum yang terdiri dari :

1. Baju dan celana berwarna  hitam untuk putra maupun putri

2. Tengkuluk berwarna biru kehijauan bagi pemain silat putra dan jilbab biru bagi  pemain putri

3. Selempang berwarna merah bagi pemain putra maupun putri

4. Kain songket kuning






banjer