Home

Sabtu, 24 September 2022

Sejarah Silat Tamiang

 





Pencak  silat  sudah ada  sejak  lama, lebih   tua   dari   pada   sejarah Negara Kesatuan Republik Indonesia itu sendiri. Silat yang berkembang pada kerajaan- kerajaan di Nusantara,  digunakan  untuk memberi teknik beladiri berperang kepada prajurit. Prajurit-prajurit disetiap kerajaan sudah dibekali dengan keterampilan dan teknik-teknik  pembelaan  diri  sesuai dengan teknik silat yang berkembang di masing- masing daerah Nusantara, termasuk daerah Aceh Tamiang. Di Aceh Tamiang silat sudah ada sejak jaman penjajahan  Belanda,  akan  tetapi masyarakat masih berlatih secara sembunyi-sembunyi di hutan rimba agar tidak diketahui oleh prajurit Belanda.

Mereka berlatih secara sembunyi- sembunyi pada malam hari dengan menggunakan obor Pada mulanya gerak-gerak beladiri ini merupakan pengalaman-pengalaman mereka  ketika  mereka  mempertahankan diri dari serangan binatang buas, penjajah dan suku-suku lain. Akibat terlampau sering mereka diserang, maka timbul beberapa  itikad  baik  dari pemuda  suku Tamiang untuk  mendapatkan ilmu  yang mereka  hubungkan  dengan  ilmu kebatinan. Hal ini sesuai dengan kegemaran para pemuda Tamiang pada jaman dahulu  yaitu pergi bersemedi ke tempat-tempat yang suci.

Silat Tamiang sedikit banyaknya dipengaruhi oleh budaya dan agama luar seperti  budaya  hindu,  budha  dan  Islam

Silat  yang berkembang di Kerajaan Tamiang  ketika  itu  merupakan kemampuan beladiri yang dipelajari oleh prajurit-prajurit kerajaan untuk berperang melawan musuh demi menjaga keutuhan kerajaan. Setelah Negara Indonesia merdeka pada tahun 1945, pemerintahan tidak  lagi  berada  di  kerajaan  Tamiang, akan tetapi sudah berpindah pada pemerintahan pusat di Batavia (Jakarta). Hal ini menyebabkan kesenian yang pada awalnya berkembang di kerajaan, lama kelamaan berkembang juga dimasyarakat luas yang ditandai dengan berdirinya Perguruan Silat Pelintau oleh Maha guru OK. Said di Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang.

OK. Said adalah  seniman  biasa  yang  peduli terhadap kebudayaan suku Tamiang sehingga  beliau  mengembangkan kesenian yang ada di kerajaan ke masyarakat termasuk kesenian Silat Song- song. Pada awalnya sebelum Indonesia merdeka OK. Said hanyalah seorang pemuda  biasa  yang  gemar  pergi bersemedi  ke  tempat-tempat  yang dianggap suci. Sepulang dari bersemedi, beliau menemukan ilmu kebatinan dan menerapkannya   pada   gerak-gerak   silat dan beliau mulai berlatih serta mengajarkan kepada pemuda-pemuda Tamiang untuk belajar silat agar dapat membela diri dari serangan  musuh atau binatang buas. OK. Said mendirikan Perguruan Silat Pelintau pada tahun 1953.

Kata Pelintau berasal dari bahasa Tamiang yang artinya, Pelin berarti semua dan Tau berarti tahu, jadi Pelintau berarti semua tahu. Perguruan Silat Pelintau didirikan sebagai bagian dari kesenian beladiri yang sudah diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Perguruan Silat Pelintau di kenal, dikagumi dan dihormati sebagai gerak beladiri milik suku Tamiang. Karena geraknya yang indah dan mudah dipelajari maka  silat  Tamiang juga  berfungsi sebagai silat penyambutan dan hiburan.

 

1 komentar:

banjer