Home

Senin, 09 September 2024

CERITA TENTANG LUKISAN



Seorang murid SD begitu mengagumi lukisan yang baru saja dibuatnya. Dia menilai itu adalah karya terbaiknya. Dengan besar hati Dia memasang lukisannya di etalase umum di sekolahnya. Dia berharap penilaian tentang lukisannya dari teman-teman satu sekolah. Di bawah lukisan dia menulis : " Barangsiapa yang menemukan kesalahan pada lukisan ini, mohon diberi tanda dengan menggunakan tinta merah ".

Sore harinya ia temukan lukisan terbaik miliknya sudah penuh dengan coretan-coretan merah. Begitu banyaknya coretan itu sehingga lukisan aslinya tidak dikenali lagi .

Merasa gagal menampilkan karya terbaiknya dia pun mengadukan hal ini pada gurunya. Guru yang bijak itu menasihati : " Besok kamu taruh lagi lukisan terbaikmu di etalase sekolah. Tulislah dibawah lukisanmu itu kalimat ini : " Barangsiapa yang menemukan kesalahan pada lukisan ini, mohon gunakan kuas yang telah tersedia untuk memperbaiki ." Dan dia pun melaksanakan nasihat gurunya.

Dari jauh ia memperhatikan, tidak seorang pun berani mendekat ke lukisan itu. Bahkan sampai sore hari, tidak ada seorang pun temannya satu sekolah yang mencoba memperbaiki lukisan itu.

Dia pun kembali menemui gurunya. Gurunya menjelaskan : " Orang yang mampu mencari dan menemukan kesalahan/aib itu jumlahnya banyak sekali. Namun orang yang mampu memberbaiki dan berbuat sesuatu untuk menutupinya amatlah jarang/langka. Begitulah kondisi kita dewasa ini. Teramat banyak yg mahir mengkritisi dan mencela, tapi tak satu pun yang datang dengan solusi ".

Semoga Menginspirasi 😍



Seorang murid SD begitu mengagumi lukisan yang baru saja dibuatnya. Dia menilai itu adalah karya terbaiknya. Dengan besar hati Dia memasang lukisannya di etalase umum di sekolahnya. Dia berharap penilaian tentang lukisannya dari teman-teman satu sekolah. Di bawah lukisan dia menulis : " Barangsiapa yang menemukan kesalahan pada lukisan ini, mohon diberi tanda dengan menggunakan tinta merah ".

Sore harinya ia temukan lukisan terbaik miliknya sudah penuh dengan coretan-coretan merah. Begitu banyaknya coretan itu sehingga lukisan aslinya tidak dikenali lagi .

Merasa gagal menampilkan karya terbaiknya dia pun mengadukan hal ini pada gurunya. Guru yang bijak itu menasihati : " Besok kamu taruh lagi lukisan terbaikmu di etalase sekolah. Tulislah dibawah lukisanmu itu kalimat ini : " Barangsiapa yang menemukan kesalahan pada lukisan ini, mohon gunakan kuas yang telah tersedia untuk memperbaiki ." Dan dia pun melaksanakan nasihat gurunya.

Dari jauh ia memperhatikan, tidak seorang pun berani mendekat ke lukisan itu. Bahkan sampai sore hari, tidak ada seorang pun temannya satu sekolah yang mencoba memperbaiki lukisan itu.

Dia pun kembali menemui gurunya. Gurunya menjelaskan : " Orang yang mampu mencari dan menemukan kesalahan/aib itu jumlahnya banyak sekali. Namun orang yang mampu memberbaiki dan berbuat sesuatu untuk menutupinya amatlah jarang/langka. Begitulah kondisi kita dewasa ini. Teramat banyak yg mahir mengkritisi dan mencela, tapi tak satu pun yang datang dengan solusi ".

Semoga Menginspirasi 😍


PERMAINAN TRADISIONAL SEMBHOGH ELANG (TEMIANG)/SAMBER ELANG

 




Permainan masa kanak2 ini dulu sering dimainkan dikala ada acara hajatan pesta dikediaman disalah satu masyarakat kampung dan terkadang kami sering memainkannya dikala saat bulan ramadhan setelah selesai sholat tarawih bahkan yang lebih anehnya permainan ini akan dimainkan oleh anak2 disaat ada acara tahlilan malam ke 7 dan malam 40 hari di rumah duka orang yang meninggal, yang namanya anak2 diwaktu itu tidak mengerti kondisi waktu sehingga dimana ada acara keramaian disitulah muncul permainan anak2.

Permainan sembogh elang ini terdiri dari dua tim dengan masing2 tim terdiri dari 5 sampai 10 orang, satu tim di sebut dengan Elang dan yang satu Tim disebut istilahnya seperti ayam, jadi yang dibutuhkan dalam permainan ini adalah kekuatan berlari dan kekompakan tim.

Sebelum permainan dimulai akan dibuatkan sebuah lingkaran besar dihalaman salah satu rumah penduduk yang memiliki halaman yang cukup luas dan disepakati bersama batas2 lokasi tempat berlari.

Tim elang akan mengejar tim ayam dan mengkapnya satu persatu lalu dimasukan kedalam lingkaran yang sudah dibuatkan tadi, tim ayam yang tertangkap oleh tim elang akan dijaga oleh beberapa orang dari tim elang sedangkan sisa dari tim elang terus mengejar tim ayam yang belum tertangkap.

Tim ayam akan segera berupaya menyelamatkan timnya yang tertangkap dan terkurung didalam lingkaran dengan cara menyambar tim ayam yang tertangkap sedangkan tim elnag yang menjaga lingkaran tersebut terus berupaya agar tim ayam yang sudah tertangkap jangan sampai lepas.

Permainan ini sebenarnya sangat melelahkan, sebab permainannya terus berlari-lari, jika tim yang ayam yang sudah tertangkap lalu disambar oleh temannya tim ayam maka anggotanya tersebut harus bersiap-siap dan berusaha untuk keluar dari lingkaran tersebut dan berupaya agar jangan sampai tertangkap lagi oleh tim elang dengan cara berlari sekuat tenaga, NAMUN ADA JUGA TERKADANG TIM AYAM YANG SUDAH TERTANGKAP TERSEBUT DIA SUDAH MERASA KELELAHAN DAN DIA MERASA SUDAH NYAMAN BERADA DIDALAM LINGKARAN TIM ELANG SEHINGGA KETIKA TEMANNYA MENYAMBAR DIA ENGGAN UNTUK BERLARI LAGI DAN ENGGAN UNTUK KELUAR DARI JONA NYAMANNYA DIDALAM LINGKARAN TERSEBUT.

Jadi begitulah seterusnya Tim elang terus memburu tim ayam untuk ditangkap keseluruhannya, apa bila tim ayam sudah ketangkap keseluruhannya maka tim akan bergantian untuk menjadi tim elang dan tim ayam, betulah seterusnya permainan ini dimainkan sampai lelah baru berhenti.

Ternyata makna yang tersirat dari permainan tradisional ini adalah membangun kekompakan tim dan saling membantu teman yang sedang dalam kesulitan, ketika teman berada dalam lingkaran kesulitan maka teman yang lain berupaya mengulurkan tangannya untuk memberikan pertolongan kepada temannya yang berada dalam lingkaran kesulitan, pertolongan itu pun diberikan bukan berarti yang ditolong tersebut akan digendong sampai keluar dari lingkaran masalahnya namun diharuskan juga untuk saling berlari bersama karena si penolong tidak sanggup untuk menggendongnya artinya ada usaha kita sendiri juga untuk keluar dari masalah kita sendiri setelah ada sedikit bantuan dari teman kita.

Namun ada juga yang memang ketika ingin dibantu namun yang mau dibantu dia merasa sudah lelah sehingga dia merasa nyaman saja ketika berada dalam lingkarannya.

Sekian cerita permainan Sembogh Lang ini.

BUDAYA KERIS JAWA PONOROGO

 



Orang-orang Ponorogo (yang sebenarnya) bila membawa keris pasti akan diletakan di bagian depan/menyamping, tidak dibelakang seperti yang dilakukan oleh keraton-keraton Jawa.

Bila di Ponorogo ditemukan orang membawa keris di belakang badan, sudah pasti itu pengaruh dari keraton Jawa modern. Karena Ponorogo sendiri sebenarnya pernah menjadi pengaruh yang kuat terkait style membawa keris diletakan didepan badan, pada keraton Jawa.

Di kesultanan Mataram Islam

Amangkurat II telah mendapatkan bantuan dari Ponorogo untuk menghalau pemberontakan Trunojoyo yang dibantu Makassar kepada keraton, bila dilihat saat ini pihak keraton mengenakan keris dibagian belakang, berbeda dengan yang terdahulu.

Pada lukisan Amangkurat II dan Amangkurat III mengenakan keris pada bagian depan/menyamping, tidak diletakkan pada bagian belakang hingga estafet pada pangeran Diponegoro yang pernah belajar di Pondok Tegalsari Ponorogo.

Apakah penyeragaman keris di belakang badan adalah produk dari Hindia Belanda setelah perang Jawa yang dilakukan oleh pangeran Diponegoro? Yang pasti telah diketahui bahwa seluruh punggawa keraton Jawa selalu meletakkan pada bagian belakang apabila membawa keris.

Berbeda dengan Ponorogo, bila membawa keris akan diletakkan pada bagian depan yang masih dipertahankan hingga saat ini

 

BUDAYA TIDUR SIANG DI ACEH


Fakta Menarik "Eh Leuho" Budaya Tidur Siang di Sabang, Aceh

Budaya tidur siang di Sabang sudah menjadi pembahasan menarik bagi para turis yang mengunjungi Kota Sabang, Provinsi Aceh. Kebiasaan toko dan pelayanan yang tutup pada siang hari ini menjadi keunikan tersendiri dari kota yang sering di kenal dengan Pulau Weh tersebut.

Di mulai dari jam 12 siang hingga 4 sore, toko kelontong, swalayan, dan yang lainnya biasanya tutup. Yang buka hanya rumah makan, bengkel, kedai kopi dan tempat wisata, dengan pelayanan terbatas.

Namun, tahukah kamu, bahwa budaya tidur siang atau “eh leuho” di Sabang ini merupakan warisan kearifan lokal?

Budaya tidur siang ini pun menimbulkan beragam pandangan dari setiap turis yang datang. Sebagian orang ada pula yang berpandangan buruk dengan kebiasaan ini, terutama bagi pengunjung yang sama sekali belum mengetahui budaya tidur siang di Sabang karena terkejut, merasa tidak nyaman, dan kesulitan mendapatkan kebutuhan dan layanan pada siang hari.

Pengunjung dari luar juga beranggapan bahwa kebiasaan tersebut dapat mengganggu waktu belajar bagi siswa dan mahasiswa, juga mengurangi produktivitas karena tidak sesuai dengan norma kerja secara umum di tempat lainnya dan dapat menyebabkan malas. Persepsi seperti ini secara tidak langsung juga ikut mempengaruhi pandangan mereka terhadap masyarakat Sabang secara keseluruhan.

Sejarah “Eh Leuho”

Budaya tidur siang ini ternyata adalah sebuah kebiasaan dari aktivitas masyarakat Sabang puluhan tahun yang lalu, yang masih banyak diterapkan hingga saat ini. Budaya ini berawal dari tahun 1965, ketika Sabang masih beroperasi sebagai pelabuhan bebas Indonesia.

Pada masa-masa ini, masyarakat harus bongkar muat barang di malam hari dari kapal yang masuk. Hal ini di sebabkan oleh jadwal kapal-kapal yang menyeberang ke Banda Aceh pada pagi harinya.

Masyarakat Sabang sendiri beraktivitas pada pagi harinya, dan memilih tidur atau beristirahat di siang hari untuk mempersiapkan diri beraktivitas kembali di malam harinya. Aktivitas ini pun akhirnya masih menjadi kebiasaan yang sukar ditinggalkan oleh masyarakat Sabang hingga sekarang.

Karena kebiasaan ini berulang untuk waktu yang lama, menjadi kebiasaan yang di ajarkan turun temurun, yang mana telah melekat dan menjadi tradisi.

Budaya Serupa dari Spanyol

Selain di Sabang, ternyata ada tempat lain yang juga menganut budaya tidur siang, yakni di Spanyol. Negara yang terkenal dengan prestasi olahraga bola sepak ini ternyata juga memiliki sejarah yang tak kalah menarik di balik budaya tidur siang mereka, yakni "siesta".

Dikutip dari lister, siesta didasari dari kebiasaan aktivitas para petani di Spanyol yang menggunakan waktu siang sebagai waktu istirahat untuk menghindari waktu terpanas pada hari tersebut. Di tambah, seusai perang saudara, warga Spanyol biasanya memiliki dua pekerjaan demi memenuhi kebutuhan keluarga mereka.

Maka waktu luang antara peralihan pekerjaan tersebut mereka gunakan untuk mengisi kembali energi mereka agar dapat maksimal di pekerjaan keduanya juga.

Waktu melakukan siesta warga Spanyol adalah antara jam 2 siang hingga jam 5 sore. Selain dari alasan di atas, budaya tersebut juga dilakukan karena alasan jam buka toko disana.

Di ketahui bahwa di Spanyol di berlakukan undang-undang waktu perdagangan sebanyak 72 jam per minggunya, dan 8 hari minggu per tahun. Kebijakan ini membuat toko-toko disana tutup pada waktu siang, dimana warga Spanyol bersembunyi dari panasnya hari.

Namun, seiring dengan tekanan padatnya pekerjaan di zaman yang kian berkembang, menjadikan budaya siesta ini kian di tinggalkan. Kini, sebagian besar warga Spanyol bahkan tidak pernah tidur siang. Akhir pekan adalah satu-satunya kesempatan mereka untuk dapat melakukan siesta seusai makan siang. Siesta hanya dilakukan oleh kalangan usia lanjut dan berlaku lebih efisien ketika musim panas tiba.





 

banjer