Ujan lebek lebek
Atok nahan tuwokh
Dapek ikan besokh
Di gule andong ambokh
Yah…… tumpah ayokh ku te
Mae te tumpah baju andong te
gebokh gebokh
Ujan lebek lebek
Atok nahan tuwokh
Dapek ikan besokh
Di gule andong ambokh
Yah…… tumpah ayokh ku te
Mae te tumpah baju andong te
gebokh gebokh
Tri ala gotri naga sari
Tiwol awol awol tanjung
katung
Tanjong katong
Nekgotri jadi opo
Nekgotri jadi opo
Sedandang elok elok jadi
kodok
permainan ini biasa dilakukan di halaman rumah pada siang menjelang sore hari, permainan ini di mainkan beramai ramai di mulai dengan menetukan siapa yang menjadi penjaga batu kodok dengancara di undi, cara nya membuat sebuah lingkaran kemudian lingkasran itu di bagi sesuai dengan jumlah pemain, kemudian tentukan siapa yang memegang batu kodok pertama, pengundian ini di lakukan dengan memutarkan batu kodok ke seluruh pemain yang sudah di bagikan kedalam bentuk lingkaran yang tadi. uyang mendapatkan batu kodok tersebut maka dia lah penjaga yang pertama.
permainan ini di mulai dengan pelemparan batu kodok se jauh2 nya. dan si penjaga berlari mengambil sementara yang lain bersembunyi, siapa yang sudah kedaptan maka nama nya akan di sebutkan dan batu kodok itu harus di injak oleh si penjaga.
Tunda-tunda bamban
Si Tokok minjam piso
Mae guno piso
Nak nebang-nebang bamban
Mae guno bamban
Nak nyolok-nyolok bulan
Mae guno bulan
Ntok gukho adi ku
Mae namo adi mu
Si Cermin Mato Pune
Timun bungkok balik batang,
Ayam bekukok,
hari nak siang
Pak-pak-pak, kuk-kuk-ruyuk
Pak-pak-pak,
kuk-kuk-ruyuk
Tarian
ini merupakan tarian yang berasal dari kabupaten aceh tamiang, dahulu tarian
ini sering dilakukan oleh suku tamiang. Tarian yang syarat dengan gerakan ketangguhan
dan ketangkasan karena tarian ini sering dilakukan oleh pengawal pengawal
dari kerajaan untuk dipertunjukan
kapada sang raja dan para tamu mulia raja.
Dalam
suatu negeri kerjaan jika suatau kerajaan yang dinyatakan negerinya hebat, ciri
salah satunya adalah memiliki pasukan tangguh, dikarena itu hal yang sering
ditampilkan untuk memuliakan tamu raja
sering disuguhkan tarian TITI BATANG, dengan demikian tamu pun segan dan hormat
kepada sang tuan rumah (si Raja) tersebut...
Tarian
ini mencerminkan kuatnya kekuatan budaya tamiang yang dari dahulu tak lekang
oleh waktu,,, dan kemegahan kerajaan melayu tamiang..... “ Diguyang buoleh, Dicabut te’ek
” inilah tamiang.
Tarian
Titi Batang mempunyai tahapan
1.
Salam
pembuka tiga sudut
2.
Langkah
Mancang
3.
Bulat
titi batang
4.
Buka
pencak
5.
Salam
pentup
Dimasyarakat
Tamiang tarian ini sering digunakan disaat penyambutan tamu - tamu penting
aatau pun penyambutan pengantin
pada upacara pernikahan. Biasanya tarian ini dimainkan oleh para pendekar
dengan bentuk gerak Mencak ( PELINTAU )
Pelintau
sendiri adalah salah satu budaya turun temurun yang terdahulu dan sering di gunakan
dalam kehidupan sehari hari, seperti acara sambutan, seni tari dan untuk
pertahanan diri dari kejahatan yaitu bela diri karena itu disebut PELINTAU yang arti nya Semua
Tahu_ semua bisa
Tradisi
penyambutan dengan gerak SONG – SONG ini merupakan salah satu tahapan acara
adat tari pembuka pada penyambutan tamu,
Tahapan
:
1. 1. Salam
pembuka
2. 2. Langkah
berikut
3. 3. Buka
Pencak
4. Salam penutup
Nama PELINTAU di ambil dari bahasa Tamiang asli yaitu : “Pelin” dan “Tau”. “Pelin” memiliki arti “Semua” sedangkan Tau memiliki arti “Tahu”, sehingga “PELINTAU” memilki arti “SEMUA TAHU”. Tujuan di bentuknya Silat pelintau Tamiang ini adalah untuk mengusir para penjajah Belanda dari tanah Tamiang serta sebagai pertahanan dari kerajaan Tamiang untuk menahan serangan dari musuh baik dari dalam maupun dari luar daerah.
Seni bela diri pencak silat pelintau Tamiang adalah seni pencak silat yang lebih menonjolkan keindahaan seni bela dirinya. Bagi orang Tamiang tempo dulu Filosofinya Pelintau lahir dari kearifan Alam Tamiang. Para pendahulu belajar dari alam dan lingkungan sekitar. Silat pelintau adalah Pencak Silat Khas Suku Tamiang yang dimainkan secara berpasangan oleh pesilat laki-laki maupun pesilat wanita.
Dulu silat pelintau di ajarkan secara sembunyi-sembunyi kepada para pemuda-pemuda Tamiang, dengan tujuan agar dapat mempertahankan diri dari serangan musuh serta membawa usaha-usaha untuk mengusir para penjajah dari Tamiang. Setelah masa kemerdekaan tepatnya di tahun 1953 Seni Pencak Silat Pelintau Tamiang di kukuhkan. Sejak saat itulah silat pelintau ini mulai di ajarkan secara terang-terangan dan mulai di pertunjukan kepada masyarakat umum. Seiring perkembangan zaman silat Pelintau tidak hanya digunakan sebagai perlindungan diri, tetapi seni bela diri ini juga di pertunjukan dalam berbagai upacara adat, seperti Pernikahan, Turuntanah, Khitanan dan menyambut tamu-tamu kehormatan seperti Menteri, Bupati dan Penjabat-penjabat tinggi lainnya.
Dalam masyarakat Tamiang Silat Pelintau terdiri dari dua jenis yakni silat Songsong dan silat Rebas Tebang. Silat Songsong digunakan untuk menyambut tamu kehormatan dan menyambut besan dalam upcara pernikahan. Sedangkan silat Rebas Tebang untuk menyambut mempelai laki-laki di dalam upacara pernikahan, upacara turun tanah dan upacara khitanan. Silat pelintau sendiri memilki empat pola dasar gerakan. Pertama gerakan salam sembah, yaitu untuk memberikan penghormatan kepada guru dan hadirin sebagai symbol keharmonisan dan kesadaran sebagai makhluk biasa. Kedua gerak titi batang, yaitu gerakan pembuka untuk mendapat keseimbangan dan konsentrasi sebelum memulai langkah selanjutnya. Ketiga, yaitu gerak langkah tiga atau langkah empat untuk memecah gerak-gerak selanjutnya yang berupa jurus atau langkah yang bervariasi. Keempat yakni gerak salam terakhir yang merupakan symbol permohonan maaf kepada guru, hadirin dan lawan main.
Pertunjukan silat pelintau Tamiang ini diiringi oleh alat-alat music tradisional, seperti Gendang, Biola, Akordion. Iringan alat music ini bertempo sedang hingga cepat, menghadirkan suasana penuh semangat dan enerjik. Para pemain silat pelintau terdiri dari pesilat laki-laki maupun pesilat perempuan. Para pesilat ini menggunakan pakaian berupa baju lengan panjang dan celana panjang yang berwarna hitam. Selain itu pesilat laki-laki juga mengunakan Tenguluk yakni sebuah ikat kepala, sedangkan pesilat perempuan menggunakan jilbab berwarna hitam. Tak hanya itu penampilan para pesilat juga dilengkapi dengan selempang dan kain songket yang di ikat di pinggang.
Silat pelintau tidak hanya di pertunjukan di Aceh saja, tetapi seni bela diri ini juga kerap dipertunjukan dalam helatan budaya di berbagai provinsi. Silat Pelintau juga sudah menjadi silat internasional dan bahkan Silat Pelintau telah di tetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) yang di tetapkan pada tanggal 16-18 agustus 2019 dan di sahkan pada tanggal 8 Oktober 2019 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan oleh Prof. Dr. Muhatjir Efendi.
Silat pelintau sudah mengikuti berbagai fesitival dari tahun 1976-hingga sekarang beberapa festival di antaranya:
1 1. Festival Pencak Silat di Malaysia pada tahun 1976
2 2. Festival Pencak Silat di Danau Singkarak (sumatera Barat) pada tahun 1998
3 3. Festival Pencak Silat di Masjid Istiqlaldi Jakarta pada tahun 1991
4 4. Festival ITTF di Lhokseumawe pada tahun 1997
5. 5. Festival Pencak silat dalam rangka ulang tahun ke-60 IPSI di Pedepokan Silat Jakarta pada tahun 2008
6 6. Pernah mengikuti pekan Kebudayaan Nasional (PKN) pada tahun 2019 di Jakarta.
7 7. Festival Serumpun Melayu Raya di Aceh Tamiang pada tahun 2022
8 8. Festival kemilau seni di aceh Tamiang pada tahun 2022.
9 9. Festival gerakan 1000 pemdekar
PELINTAU
Pelintau merupakan seni
beladiri pencak silat tradisional yang berasal dari tanah bumi muda sedia, Aceh
Tamiang.
yang pertama kali diajarkan oleh Maha Guru OK
Said bin Unus. Pada masa itu, pelintau diajarkan secara sembunyi-sembunyi, Setelah
masa kemerdekaan, tepatnya pada tahun 1953, Pelintau pun mulai dikukuhkan.
Sejak saat itu, pelintau mulai diajarkan secara terang-terangan dan mulai
dipertunjukkan pada masyarakat umum hingga pada saat sekarang ini.
Pelintau berasal dari kata pelin yang berarti semua dan kata
tau yang berarti tahu atau mengetahui. Secara harfiah, Pelintau berarti semua
tahu. Hal ini dikarenakan, pelintau memiliki urutan dan tahapan di mana setiap
pemain harus melewati tahapan tahapan tersebut.
Gerakan dalam pelintau lahir dari pengamatan terhadap alam
dan lingkungan sekitar. Pelintau tidak hanya berfokus pada gerakan tangan
kosong. Beberapa senjata seperti pedang, pisau, dan toya juga kerap digunakan
oleh para pesilat.
Pencak Silat pelintau disampaikan ditampilkan pada acara
pesta-pesta perkawinan sebagai acara penyambutan tamu-tamu pada acara formal
pemerintahan. Silat pelintau ini terdapat gerakan-gerakan dalam tari-tarian
bela diri. Pencak silat pelintau bukan olah raga pencak silat yang
dipertandingkan tapi lebih merupakan kesenian tradisional yang di
pegelarkan dalam suatu acara khusus
dalam masyarakat Tamiang.
Pelintau tidak hanya dipertunjukkan di Aceh. Seni bela diri
ini juga kerap dipertunjukkan dalam helatan budaya di berbagai provinsi. Pada
tahun 2019, Pelintau Tamiang ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda
Indonesia yang berasal dari Provinsi Aceh.