Home

Senin, 09 September 2024

BUDAYA TIDUR SIANG DI ACEH


Fakta Menarik "Eh Leuho" Budaya Tidur Siang di Sabang, Aceh

Budaya tidur siang di Sabang sudah menjadi pembahasan menarik bagi para turis yang mengunjungi Kota Sabang, Provinsi Aceh. Kebiasaan toko dan pelayanan yang tutup pada siang hari ini menjadi keunikan tersendiri dari kota yang sering di kenal dengan Pulau Weh tersebut.

Di mulai dari jam 12 siang hingga 4 sore, toko kelontong, swalayan, dan yang lainnya biasanya tutup. Yang buka hanya rumah makan, bengkel, kedai kopi dan tempat wisata, dengan pelayanan terbatas.

Namun, tahukah kamu, bahwa budaya tidur siang atau “eh leuho” di Sabang ini merupakan warisan kearifan lokal?

Budaya tidur siang ini pun menimbulkan beragam pandangan dari setiap turis yang datang. Sebagian orang ada pula yang berpandangan buruk dengan kebiasaan ini, terutama bagi pengunjung yang sama sekali belum mengetahui budaya tidur siang di Sabang karena terkejut, merasa tidak nyaman, dan kesulitan mendapatkan kebutuhan dan layanan pada siang hari.

Pengunjung dari luar juga beranggapan bahwa kebiasaan tersebut dapat mengganggu waktu belajar bagi siswa dan mahasiswa, juga mengurangi produktivitas karena tidak sesuai dengan norma kerja secara umum di tempat lainnya dan dapat menyebabkan malas. Persepsi seperti ini secara tidak langsung juga ikut mempengaruhi pandangan mereka terhadap masyarakat Sabang secara keseluruhan.

Sejarah “Eh Leuho”

Budaya tidur siang ini ternyata adalah sebuah kebiasaan dari aktivitas masyarakat Sabang puluhan tahun yang lalu, yang masih banyak diterapkan hingga saat ini. Budaya ini berawal dari tahun 1965, ketika Sabang masih beroperasi sebagai pelabuhan bebas Indonesia.

Pada masa-masa ini, masyarakat harus bongkar muat barang di malam hari dari kapal yang masuk. Hal ini di sebabkan oleh jadwal kapal-kapal yang menyeberang ke Banda Aceh pada pagi harinya.

Masyarakat Sabang sendiri beraktivitas pada pagi harinya, dan memilih tidur atau beristirahat di siang hari untuk mempersiapkan diri beraktivitas kembali di malam harinya. Aktivitas ini pun akhirnya masih menjadi kebiasaan yang sukar ditinggalkan oleh masyarakat Sabang hingga sekarang.

Karena kebiasaan ini berulang untuk waktu yang lama, menjadi kebiasaan yang di ajarkan turun temurun, yang mana telah melekat dan menjadi tradisi.

Budaya Serupa dari Spanyol

Selain di Sabang, ternyata ada tempat lain yang juga menganut budaya tidur siang, yakni di Spanyol. Negara yang terkenal dengan prestasi olahraga bola sepak ini ternyata juga memiliki sejarah yang tak kalah menarik di balik budaya tidur siang mereka, yakni "siesta".

Dikutip dari lister, siesta didasari dari kebiasaan aktivitas para petani di Spanyol yang menggunakan waktu siang sebagai waktu istirahat untuk menghindari waktu terpanas pada hari tersebut. Di tambah, seusai perang saudara, warga Spanyol biasanya memiliki dua pekerjaan demi memenuhi kebutuhan keluarga mereka.

Maka waktu luang antara peralihan pekerjaan tersebut mereka gunakan untuk mengisi kembali energi mereka agar dapat maksimal di pekerjaan keduanya juga.

Waktu melakukan siesta warga Spanyol adalah antara jam 2 siang hingga jam 5 sore. Selain dari alasan di atas, budaya tersebut juga dilakukan karena alasan jam buka toko disana.

Di ketahui bahwa di Spanyol di berlakukan undang-undang waktu perdagangan sebanyak 72 jam per minggunya, dan 8 hari minggu per tahun. Kebijakan ini membuat toko-toko disana tutup pada waktu siang, dimana warga Spanyol bersembunyi dari panasnya hari.

Namun, seiring dengan tekanan padatnya pekerjaan di zaman yang kian berkembang, menjadikan budaya siesta ini kian di tinggalkan. Kini, sebagian besar warga Spanyol bahkan tidak pernah tidur siang. Akhir pekan adalah satu-satunya kesempatan mereka untuk dapat melakukan siesta seusai makan siang. Siesta hanya dilakukan oleh kalangan usia lanjut dan berlaku lebih efisien ketika musim panas tiba.





 

Rabu, 04 September 2024

TEMPO DULU DI ACEH TAMIANG

ACEH TAMIANG TEMPO DOELOE

PETA ATJEH TEMPO DOELOE 

 


Industri Perminyakan di Rantau - Aceh Tamiang masa Kolonial

 

Jembatan lama Kota Kualasimpang ; sekarang sudah berganti 

 

8 feb 1920 pejabat eropa di sungai tamiang

Desa Perdamaian Kualasimpang - Aceh tamiang ; dulu komplek Perkebunan



Eks Kantor Wedana Masa Kolonial hingga tahun 1970-an ; 

sekarang PENDOPO BUPATI ACEH TAMIANG

 

1923 Houtvester C.H. Japing met bosarchitect Warouw in een vloedbos bij de Sungai Iyu

 

Bangunan di samping Istana Karang Aceh Tamiang ;

Sekarang Kantor PDAM 

 

Istana Karang Tamiang 

 

SINOPSIS PELINTAU 2024

 


PELINTAU TAMIANG

Pencak Silat Pelintu Tamiang merupakan sebuah pertunjukan seni bela diri yang lahir dari keharmonisan antara manusia dan alam, terinspirasi dari gerakan gerakan hewan liar di hutan, aliran sunggai, dan desiran angin,

Pencak silat Pelintu Tamiang menampilkan kekayaan seni beladiri yang sudah diwariskan turun-temurun, memadukan unsur seni, beladiri, adat dan budaya.

Pertunjukan dimulai dengan salam penghormatan,  pembukaan, yang di sebut dengan gerak titi batang, menonjol kan Gerakan yang harmonis dan penuh kewaspadaan.

Setiap gerakan diperagakan dengan presisi tinggi, memperlihatkan keahlian para pesilat dalam menggabungkan kekuatan dan ketangkasan.

Dalam setiap gerakan, ada jiwa yang hidup, ada doa yang terucap. Silat ini lahir dari tanah yang kita pijak, dari semangat yang membara di hati, dari cinta akan kedamaian dan keadilan.

Silat ini menonjolkan keindahan dan ketanggasan dengan menggunakan tangan kosong, pisau, toya, dan pedang.

Pencak silat pelintau telah banyak menikuti even pertujukan dalam maupun luar daerah.

Pelintau tamiang Di kukuhkan pada tahun 1953 dan telah terdaftar menjadi warisan nudaya tak benda Indonesia ( WBTB ) pada tahun 2019.

“ Pelintau tamiang di guying buleh di cabuk te’ek “


TEARET PERJUANGAN PELINTAU TAMIANG DI MASA PENJAJAHAN

 


Silat Pelintau dalam perjuangan

CHAPTER 1

Di sebuah lembah sunyi yang tersembunyi di antara perbukitan hijau Aceh Tamiang, hiduplah seorang petapa bijaksana bernama Maha Guru OK Said bin Unus. Maha guru dikenal karena kebijaksanaan dan keterampilannya dalam ilmu bela diri, merasa terpanggil untuk melindungi tanah kelahirannya. Suatu malam, dalam meditasinya yang khusyuk di gua suci, Maha guru mendapat petunjuk gaib. Ia melihat bayangan burung pelintau—seekor burung yang lincah dan tangkas—mewarnai langit malam dengan tarian yang indah namun mematikan. Gerakan burung itu seakan berbicara dalam bahasa tubuh yang dipenuhi kekuatan, kelincahan, dan strategi. Maha guru menyadari bahwa inilah tanda dari Yang Maha Kuasa untuk menciptakan sebuah ilmu bela diri yang akan mengakar kuat di tanah Aceh Tamiang.


CHAPTER 2

Di tanah yang kaya akan tradisi dan budaya, tersembunyi di balik hutan lebat dan aliran sungai yang jernih, dihuni oleh orang-orang yang hidup selaras dengan alam, menghormati leluhur, dan menjunjung tinggi warisan mereka. Di sinilah, dalam keheningan malam yang syahdu, terdengar suara alunan seruling yang mengiringi latihan para pendekar muda.

Malam itu, bulan purnama menggantung tinggi di langit, menerangi tanah dengan sinar perak. Di tengah lapangan desa, seorang pria tua dengan rambut beruban duduk bersila di atas tanah. Dialah Guru Tua, seorang pendekar yang dihormati, penjaga ilmu bela diri kuno yang disebut Silat Pelintau. Di hadapannya, murid-muridnya berdiri dengan penuh perhatian, menyimak setiap gerakan dan nasihat yang keluar dari mulut sang guru.




MAHA GURU



"Anak-anakku,"

, "Silat Pelintau bukanlah sekadar ilmu untuk berkelahi. Ini adalah seni, warisan leluhur kita, jembatan yang menghubungkan kita dengan masa lalu dan masa depan. Dalam setiap gerakan, ada jiwa yang hidup, ada doa yang terucap. Silat ini lahir dari tanah yang kita pijak, dari semangat yang membara di hati kita, dari cinta akan kedamaian dan keadilan."


”bela diri ini muncul dari keharmonisan antara manusia dan alam. Terinspirasi oleh gerakan hewan-hewan liar di hutan, aliran sungai, dan desiran angin, para leluhur menciptakan gerakan silat yang indah namun mematikan. Menggabungkan kekuatan, kelincahan, dan ketenangan untuk melindungi desa dari ancaman luar dari penjajah, menjaga kehormatan dan kedaulatan kampung halaman kita”

"Dan kalian, anak-anakku,"

"kalian adalah penerus dari ilmu ini. Jagalah ia, pelajarilah dengan hati yang tulus, dan gunakanlah untuk kebaikan. Silat Pelintau bukan untuk menyerang, tetapi untuk bertahan dan melindungi yang lemah. Ingatlah, kekuatan sejati bukan terletak pada kemampuan untuk menyakiti, tetapi pada kemampuan untuk melindungi dan mencintai."
 

(Prolog)

Dengan semangat yang menyala dalam diri mereka, murid-murid pun mulai berlatih, mengikuti setiap gerakan dengan ketelitian dan kehati-hatian. Di bawah cahaya bulan, bayangan mereka bergerak seperti bayangan pepohonan yang menari dihembus angin malam, menciptakan sebuah pemandangan yang memukau dan penuh makna.


Murid 1

Maha guru yang kami muliakan, ijinkan hamba bertanya, kenapa lah kita masih bersembunyi berlatih silat ini, kapan kami mulai beranjak berjuang seperti syuhada lainnya yang sedang berjuang melawan penjajah. 
 

Maha guru

Sabarlah anak ku,waktu itu tidak lama lagi, tentulah kita akan menunjukan diri kita dan menjadi barisan terdepan, kita berlatih di balik rindang hutan tamiang ini karena agar hamba pula bisa memberikan semua ilmu silat ini kepada kalian, penjajah tidak tinggal diam, sampai hari ini mereka masih mecari keberadaan kita, hendaklah hamba kyusuk melatih Ananda semua, agar semua kalian siap saat waktu yang tepat. 



CHAPTER 3

Belanda

“ Datok, aku bertanyak kepadamu, jawablah jujur sebelum marsose ku membunuh semua rakyat mu, dimana keberadaan OK said bin yunus dan pasukannya berada?


Datok

           Aku tahu mereka dimana, aku akan memberi tahu jumlah mereka dan kekuatan mereka,

Belanda

Nah ini yang aku suka ,,, katakan dimana

Datok

(gestur mendekati belanda dan langsung meludah wajah belanda)

Lebih baik mati dari pada hidup dengan penjajah

Para marsose pun memukuli datok yang meludah

Belanda

Berhenti, kalian orang tamiang memang keras kepala

(menodongkan senjata di kepala datok)

Datok

Tembak lah aku sekarang, tak sedikit pun gentar jiwa dan raga ku

Yang kunanti adalah syahid dari pada murka berdampingan hidup dengan kalian


Dari kejauhan muncul suara Gong, membuat marsose panik karna akhirnya rombongan pesilat datang menyelamatkan masyarakat yang di sandera oleh belanda.

BELANDA

        Oh, ini yang disebut dengan Maha Guru Oka Said bin yunus dan pasukannya yang mahsyur karena silat kalian

Maha Guru

Dan kalian penjajah yang telah merampas kemerdekaan kami

Belanda

Sudah lama aku mencari kalian,



Maha Guru

Tak perlu mencari kami, karena hari ini dan setelahnya kami lah yang akan mencari kalian dan mengusir kalian dari tanah tamiang.

Belanda

Betapa sombongnya kalian ini

Maha Guru

Tidak ada sombong bagi kami, tapi kami paling tahu apa yang terbaik bagi bangsa kami, dan tak usah berlama-lama lagi, serang !!!

Pertempuran terjadi antara pesilat dan marsose hingga semua terbunuh pasukan marsose di tangan para pesilat pelintau.

(Prolog)

Di sinilah awal mula kisah ini dimulai, sebuah kisah tentang keberanian, warisan, dan cinta akan tanah air, yang terwujud dalam gerakan indah Silat Pelintau.

Dengan dedikasi yang tinggi, Ok said bin Yunus menggabungkan kekuatan alami dengan kelincahan yang elegan, menciptakan sebuah aliran silat yang mampu menandingi musuh dengan ketepatan dan kecepatan. Ilmu ini dinamakan "Silat Pelintau,"

Silat Pelintau kemudian diwariskan dari generasi ke generasi, menjadi simbol kekuatan dan kearifan lokal Aceh Tamiang. Setiap gerakannya bukan hanya sebuah teknik bertarung, tetapi juga cerminan dari filosofi hidup yang menghargai keharmonisan dengan alam dan sesama manusia.



Lembaran baru ini dimulai, Ketika kekuatan dan kebijaksanaan bersatu, Silat Pelintau lahir, Dari tanah Aceh Tamiang Tanah Bumi Muda Sedia

SELESAI


Selasa, 27 Agustus 2024

TUAN SYEHIK SILAU

 


TUAN Syeikh Silau dalah seorang ulama besar yang tidak hanya menguasai ilmu agama tetapi juga jago dalam hal beladiri. Bahkan berkat kepiawaiannya dalam silat dia dinobatkan sebagaiK epala Hulubalang di Kesultanan Kedah (Thailand).

Berdasar kan catatan sejarah, Syeikh Silau dilahirkan di daerah pada tahun 1858 Masehiatau 1275 Hijriyah.

Ayahnya bernama Nakhoda Alang bin Nakhoda Ismail, keturunan dari TukAngku Mudik Tampang keturunan dari TukAngku Batuah yang berasaldari daerah Rao (perbatasan Mandailing Natal dengan Sumatera Barat). Gelar ‘nakhoda’ di awal nama ayah nya itu profesinya sebagai Nakhoda di sebuah kapal tongkang miliknya sendiri. Kapal itu di gunakan nya untuk membawa barang-barang dagangan antar pulaubahkan Malaya (Malaysia). Ibunya bernama Naeratberasal dari Kampung Rantau Panjang (Kecamatan Pantai Labu Deli Serdang, Sumatera Utara). Beliau adalah anak ketiga dari empat bersaudara, yaitu Abas, Siti Jenab, Abdurrahan, Abdurrahim.

Sejak kecilnya, Abdurrahman dikenal memiliki sifat pemberani, ber kemauan keras, pendiam, cerdas dan tekun belajar. Ketika berumur 6 tahun, orang tuanya memasukkan belajar mengaji pada salah seorang guru di Kampung Lalang Batubara. Saat itu pribadi nya mulai nampak sebagai ciri-ciri anak yang saleh. Sebabselain belajar agama dan mengaji, ia sering pula berkhalwat (mengasingkan diri untuk berzikir mengingat Allah TuhanMahaPencipta).

Ia suka berkhalwat sejak usia 15 tahun. Setelah menginjak dewasa sekitar 17 tahun, Abdurrahman inginmemper dalam ilmu Islam. Dengan memohon izin kepada kedua orang tuanya, ia pun pergi merantauke daerahasal para pendahulunya di Minangkabau tepatnya di Bukit tinggi. Di sana, ia berguru kepada seorang ulama yang  cukup dikenal ketika itu, ber namaSyekhJambek. 

Di samping ia mempelajari ilmu-ilmu syari'at dan ilmu fiqih, Abdurrahman lebih menekuni ilmu hakikat yaitu tauhid dan tasawuf. Takhanya ilmu syariat, Tuan Syekh Silau Laut saat remaja nya juga meminati ilmube ladiri (silat). Untuk mempelajari ilmu bela diriini iabelajar kepada salah seorang ahli beladiri yang cukup dikenal di tanah Minangkabau bernamaTukAngku Di Lintau. Dalam usaha nya untuk membekali diri nya dengan ilmu bermanfaat, Syekh SilauLaut juga belajarke Aceh, 

namun belum diketahui daerah dan gurunya tempat ia belajar. Saat usia remaja itu, Syekh Silau Laut merasa masih kurangpuas dengan ilmu yang dimilikinya. Tidak lama setelah ia pulang dari Minangkabau dan Aceh, salah seorang Pakciknya bergelar Panglima Putih membawa nyam erantauke negeri Fathani (Thailand). Atas restuked ua orang tuanya, ia pun berangkat untuk menambah ilmu Agama Islam. Di dalam pelayaran nya, Abdurrahman muda (SyekhSilauLaut) menunjukkan kemahiranny dalam ilmu silat kepada para penumpang kapal.

Dia tidak mengetahui kalau di antara mereka ada rombongan Sultan Kedah yang akan pulang kenegeri nya. Di Negeri Fathani, Abdurrahman mudabelajar kepada salah seorang ulama yang cukupdikenal. Ulama inibernamaSyekh Wan Mustafa dan anaknya ber nama Syekh Daud Fathani. Selama berada di sana, Abdurrahman lebihbanyakbelajarilmu tauhid, ilmutasawuf dan ilmu hikmah/ketabiban. Di sampingbelajar, ia ditugas kan gurunya pula untuk mengajar. Ketika berada di Fathani, ia di datangi utusan dari Kedah dengan maksud mengundang nya datang ke negeri Kedah. Alasannya, Sultan Kedah ingin melihat kemahiran nya dalam ilmusilat di hadapan Hulu balang, prajurit dan rakyat negeri Kedah. Abdurrahman muda pun memenuhi undangan itu dengan terlebih dahulu memohon restu dari gurunya. Sesampainya di negeri Kedah, sesudah beberapa hari lamanyadi adakanlah acara perIngtan di nguntuk memilih kepalahul ubalang kesultanan Kedah. Abdurrahman yang sengaja di undang untuk perangtan di ngtersebut, berhadapan dengan Panglima Elang Panas yang berasal dari Siam. Dengan kuasa dan izin Allah, Abdurrahman mudamenang dalam perangt nding tersebut. Lalu, Sultan Kedah pun menawarkan nya untuk menjadi Kepala Hulubalang Kesultanan Kedah. Abdurrahman menerima tawaran itu, kemudiania di nobatkan dan menjabat selama 7 tahun berturut-turut. Menurutriwayat, beliaumenerima gaji 60 Ringgit setiap bulan nya.Dalam perantauannya di Fathani dan Kedah, Beliausempat pula belajar di Kelantan. Abdurrahman menyadaribahwa cita-citanya semula adalah untuk menjadi seorang ulama yang akanmengembangkan agama Islam dan mengabdi kan ilmunya di tengah-tengah masyarakat negrinya
 


sejarah singkat pelintau tamiang

 


Nama PELINTAU TAMIANG di ambil dari bahasa Tamiang asli yaitu; PELIN berarti semua, sedangkan TAU berarti tau atau mengerti. Jadi, PELINTAU memiliki makna atau arti SEMUA TAU, baik fisik maupun spiritual. Pencaksilat seni Pelintau Tamiang di kukuhkan pada 3 September 1953 yang di Pimpin oleh seorang guru yang bernama OK SAID bin UNUS.

 

Dalam gejolak pemerintahan kerajaan Tamiang yang sangat mempratinkan dimana terlalu banyak serangan musuh dari luar dan dalam daerah timbul lah rasa keperihatinan seorang pemuda asli Tamiang yang bernama OK SAID bin UNUS yang lahir pada tahun 1912 untuk mempertahankan Tamiang dari gangguan dalam maupun luar Tamiang.

 

Pada saat OK SAID bin UNUS berumur 15 tahun beliau meninggalkan kampung halamanya untuk mencari ilmu kesaktian. Beliau melakukan pertapaan di gunung Titi tali akar di daerah Hulu Tamiang, kemudian beliau melanjutkan perjalanan nya ke Samosir. Di dalam perjalanan nya beliau terus menuntut Ilmu dari beberapa orang guru, dari situlah beliau mempelajari ilmu Pencaksilat dari satu guru ke guru yang lain  hingga ia sampai ke Samosir. Sesampai beliau ke Samosir beliau melakukan pertapaan kembali di makam Nun begu.

 

Setelah itu beliau melanjutkan perjalanan nya hingga sampai ke Kisaran, di sana beliau berguru kembali keada Tuan Syeh Silo, setelah selesai berguru dengan Tuan Syeh Silo beliau kembali lagi ke kampung halaman nya yaitu pulang lagi ke Tamiang.Sesampainya beliau di Tamiang beliau berguru kembali kepada Tengku Lotan, setelah berguru dari Tengku Lotan beliau mulai menggembangkan ilmu nya dengan membuka gelanggang Pencak silat di beberapa daerah di wilayah Tamiang,  dengan berkat kegigihan nya beliau mengajarkan ilmu bela diri pencak silat, beliau banyak melahirkan murid-murid yang tangguh yaitu di antaranya :

1.     Alm Muhammad Nyak timbang

2.     Alm  Abdul Hamid

3.     Alm Abdul Rahman

4.     Alm Abdul Halim

5.     Alm Abdul Siddik

6.     Alm Yahya

7.     Alm Lebay Yusuf

8.     Alm Hasyim

9.     Alm Muda Kaum

Pada saat itu Pencak Silat Pelintau Tamiang pernah mengadakan pertunjukan Pencaksilat di depan presiden R.I yang pertama Bapak SUKARNOE di Kutaraja Banda Aceh.

Setelah beliau wafat pada tahun 1970 maka Pencak silat Pelintau Tamiang di ambil alih oleh seorang murid beliau yang bernama MUHAMMAD  NYAK TIMBANG, dialah yang meneruskan perguruan Pencak silat Pelintau Tamiang.

Pada masa kepemimpinan Nyak Timbang perguruan pencak silat pelintau Tamiang ini pernah mengikuti:

1.    Festival Pencak silat di Malaysia pada tahun 1976.

2.    Festival Pencak silat di Danau Singkarak (Sumatra Barat) pada Tahun 1988.

3.    Festival Pencak Silat di Mesjid Istiqlal (Jakarta) pada Tahun 1991.

Kemudian setelah Nyak Timbang wafat pada tahun 1996 , maka kepemimpinan  Perguruan Pencak Silat Pelintau Tamiang di pimpin oleh Pak  NOKMAN hingga saat sekarang ini.

Semasa kepemimpinan Pak Nukman bin Karim, Pencaksilat Pelintau Tamiang pernah menyambut pejabat negara , dan sering membawa anggota nya keluar daerah dan keluar provinsi Aceh untuk ;

1.    Menyambut Mentri dalam negeri

2.    Menyambut Mentri Sosial

3.    Menyambut Mentri Olah Raga

4.    Menyambut Mentri Pendidikan

5.    Menyambut Mentri Kesehatan

6.    Menyambut KASAT

7.    Menyambut pengantin (acara resepsi penikahan)

 Silat Pelintau juga selalu keluar daerah yaitu ;

Ø Banda Aceh

Ø Sabang

Ø Lhokseumawe

Ø Padang

Ø Medan

Ø Siak Pekan Baru

Ø Palembang

Ø Taman Ismail Marjuki (Jakarta )

Ø Mesjid istiqlal ( Jakarta )

Ø Keraton ( Djokjakarta )

Ø T.M.I Anjungan Rumah Adat  Aceh (Jakarta )

Ø Depok ( Jakarta )

Ø Cilegon ( Banten )

         Perguruan seni silat Pelintau Tamiang menguasai beberapa permainan, yaitu mulai dengan tanggan kosong, bermain tongkat atau toya hingga mengunakan senjata tajam.

 

         Adapun permainan Pencaksilat Pelintau Tamiang sampai saat sekarang ini adalah :

·      Pembukaan Song-song

·      Pembukaan Bulat

·      Bermain Rencah Tebang batang pisang

·      Bermain jurus Tunggal

·      Bermain Tangan kosong

·      Bermain pisau satu

·      Bermain pisau dua

·      Bermain toya atau Tongkat

·      Bermain pedang Laga

·      Bermain 1 lawan 3 atau 1 lawan 4

          Dan Pencaksilat Pelintau Tamiang juga dapat mempersembah kan sebuah tarian yaitu tari piring yang biasa nya di lakukan oleh pemain putri yang berjumlah 4 sampai 8 orang untuk di tarikan pada saat malam berinai dengan properti cicin yang terbuat dari timah serta 2 buah piring kecil per orang.

 

Adapun di setiap penampilan nya Pencaksilat Pelintau Tamiang mengunakan seragam yang terdiri dari :

Ø Memakai baju dan celana berwarna  hitam untuk Putra maupun  Putri

Ø Memakai tengkuluk berwarna biru ke hijau-hijauan bagi pemain silat Putra, serta memakai jilbab berwarna biru bagi pemain Putri

Ø Memakai selempang berwarna merah bagi pemain Putra maupun Putri

Ø Serta memakai samping  kuning  Putra maupun Putri.

Sedangkan untuk alat musik pengiring silat terdiri dari ;

·      Gendang

·      Biola

·      Gong


banjer