Home

Senin, 09 September 2024

CERITA TENTANG LUKISAN



Seorang murid SD begitu mengagumi lukisan yang baru saja dibuatnya. Dia menilai itu adalah karya terbaiknya. Dengan besar hati Dia memasang lukisannya di etalase umum di sekolahnya. Dia berharap penilaian tentang lukisannya dari teman-teman satu sekolah. Di bawah lukisan dia menulis : " Barangsiapa yang menemukan kesalahan pada lukisan ini, mohon diberi tanda dengan menggunakan tinta merah ".

Sore harinya ia temukan lukisan terbaik miliknya sudah penuh dengan coretan-coretan merah. Begitu banyaknya coretan itu sehingga lukisan aslinya tidak dikenali lagi .

Merasa gagal menampilkan karya terbaiknya dia pun mengadukan hal ini pada gurunya. Guru yang bijak itu menasihati : " Besok kamu taruh lagi lukisan terbaikmu di etalase sekolah. Tulislah dibawah lukisanmu itu kalimat ini : " Barangsiapa yang menemukan kesalahan pada lukisan ini, mohon gunakan kuas yang telah tersedia untuk memperbaiki ." Dan dia pun melaksanakan nasihat gurunya.

Dari jauh ia memperhatikan, tidak seorang pun berani mendekat ke lukisan itu. Bahkan sampai sore hari, tidak ada seorang pun temannya satu sekolah yang mencoba memperbaiki lukisan itu.

Dia pun kembali menemui gurunya. Gurunya menjelaskan : " Orang yang mampu mencari dan menemukan kesalahan/aib itu jumlahnya banyak sekali. Namun orang yang mampu memberbaiki dan berbuat sesuatu untuk menutupinya amatlah jarang/langka. Begitulah kondisi kita dewasa ini. Teramat banyak yg mahir mengkritisi dan mencela, tapi tak satu pun yang datang dengan solusi ".

Semoga Menginspirasi 😍



Seorang murid SD begitu mengagumi lukisan yang baru saja dibuatnya. Dia menilai itu adalah karya terbaiknya. Dengan besar hati Dia memasang lukisannya di etalase umum di sekolahnya. Dia berharap penilaian tentang lukisannya dari teman-teman satu sekolah. Di bawah lukisan dia menulis : " Barangsiapa yang menemukan kesalahan pada lukisan ini, mohon diberi tanda dengan menggunakan tinta merah ".

Sore harinya ia temukan lukisan terbaik miliknya sudah penuh dengan coretan-coretan merah. Begitu banyaknya coretan itu sehingga lukisan aslinya tidak dikenali lagi .

Merasa gagal menampilkan karya terbaiknya dia pun mengadukan hal ini pada gurunya. Guru yang bijak itu menasihati : " Besok kamu taruh lagi lukisan terbaikmu di etalase sekolah. Tulislah dibawah lukisanmu itu kalimat ini : " Barangsiapa yang menemukan kesalahan pada lukisan ini, mohon gunakan kuas yang telah tersedia untuk memperbaiki ." Dan dia pun melaksanakan nasihat gurunya.

Dari jauh ia memperhatikan, tidak seorang pun berani mendekat ke lukisan itu. Bahkan sampai sore hari, tidak ada seorang pun temannya satu sekolah yang mencoba memperbaiki lukisan itu.

Dia pun kembali menemui gurunya. Gurunya menjelaskan : " Orang yang mampu mencari dan menemukan kesalahan/aib itu jumlahnya banyak sekali. Namun orang yang mampu memberbaiki dan berbuat sesuatu untuk menutupinya amatlah jarang/langka. Begitulah kondisi kita dewasa ini. Teramat banyak yg mahir mengkritisi dan mencela, tapi tak satu pun yang datang dengan solusi ".

Semoga Menginspirasi 😍


PERMAINAN TRADISIONAL SEMBHOGH ELANG (TEMIANG)/SAMBER ELANG

 




Permainan masa kanak2 ini dulu sering dimainkan dikala ada acara hajatan pesta dikediaman disalah satu masyarakat kampung dan terkadang kami sering memainkannya dikala saat bulan ramadhan setelah selesai sholat tarawih bahkan yang lebih anehnya permainan ini akan dimainkan oleh anak2 disaat ada acara tahlilan malam ke 7 dan malam 40 hari di rumah duka orang yang meninggal, yang namanya anak2 diwaktu itu tidak mengerti kondisi waktu sehingga dimana ada acara keramaian disitulah muncul permainan anak2.

Permainan sembogh elang ini terdiri dari dua tim dengan masing2 tim terdiri dari 5 sampai 10 orang, satu tim di sebut dengan Elang dan yang satu Tim disebut istilahnya seperti ayam, jadi yang dibutuhkan dalam permainan ini adalah kekuatan berlari dan kekompakan tim.

Sebelum permainan dimulai akan dibuatkan sebuah lingkaran besar dihalaman salah satu rumah penduduk yang memiliki halaman yang cukup luas dan disepakati bersama batas2 lokasi tempat berlari.

Tim elang akan mengejar tim ayam dan mengkapnya satu persatu lalu dimasukan kedalam lingkaran yang sudah dibuatkan tadi, tim ayam yang tertangkap oleh tim elang akan dijaga oleh beberapa orang dari tim elang sedangkan sisa dari tim elang terus mengejar tim ayam yang belum tertangkap.

Tim ayam akan segera berupaya menyelamatkan timnya yang tertangkap dan terkurung didalam lingkaran dengan cara menyambar tim ayam yang tertangkap sedangkan tim elnag yang menjaga lingkaran tersebut terus berupaya agar tim ayam yang sudah tertangkap jangan sampai lepas.

Permainan ini sebenarnya sangat melelahkan, sebab permainannya terus berlari-lari, jika tim yang ayam yang sudah tertangkap lalu disambar oleh temannya tim ayam maka anggotanya tersebut harus bersiap-siap dan berusaha untuk keluar dari lingkaran tersebut dan berupaya agar jangan sampai tertangkap lagi oleh tim elang dengan cara berlari sekuat tenaga, NAMUN ADA JUGA TERKADANG TIM AYAM YANG SUDAH TERTANGKAP TERSEBUT DIA SUDAH MERASA KELELAHAN DAN DIA MERASA SUDAH NYAMAN BERADA DIDALAM LINGKARAN TIM ELANG SEHINGGA KETIKA TEMANNYA MENYAMBAR DIA ENGGAN UNTUK BERLARI LAGI DAN ENGGAN UNTUK KELUAR DARI JONA NYAMANNYA DIDALAM LINGKARAN TERSEBUT.

Jadi begitulah seterusnya Tim elang terus memburu tim ayam untuk ditangkap keseluruhannya, apa bila tim ayam sudah ketangkap keseluruhannya maka tim akan bergantian untuk menjadi tim elang dan tim ayam, betulah seterusnya permainan ini dimainkan sampai lelah baru berhenti.

Ternyata makna yang tersirat dari permainan tradisional ini adalah membangun kekompakan tim dan saling membantu teman yang sedang dalam kesulitan, ketika teman berada dalam lingkaran kesulitan maka teman yang lain berupaya mengulurkan tangannya untuk memberikan pertolongan kepada temannya yang berada dalam lingkaran kesulitan, pertolongan itu pun diberikan bukan berarti yang ditolong tersebut akan digendong sampai keluar dari lingkaran masalahnya namun diharuskan juga untuk saling berlari bersama karena si penolong tidak sanggup untuk menggendongnya artinya ada usaha kita sendiri juga untuk keluar dari masalah kita sendiri setelah ada sedikit bantuan dari teman kita.

Namun ada juga yang memang ketika ingin dibantu namun yang mau dibantu dia merasa sudah lelah sehingga dia merasa nyaman saja ketika berada dalam lingkarannya.

Sekian cerita permainan Sembogh Lang ini.

BUDAYA KERIS JAWA PONOROGO

 



Orang-orang Ponorogo (yang sebenarnya) bila membawa keris pasti akan diletakan di bagian depan/menyamping, tidak dibelakang seperti yang dilakukan oleh keraton-keraton Jawa.

Bila di Ponorogo ditemukan orang membawa keris di belakang badan, sudah pasti itu pengaruh dari keraton Jawa modern. Karena Ponorogo sendiri sebenarnya pernah menjadi pengaruh yang kuat terkait style membawa keris diletakan didepan badan, pada keraton Jawa.

Di kesultanan Mataram Islam

Amangkurat II telah mendapatkan bantuan dari Ponorogo untuk menghalau pemberontakan Trunojoyo yang dibantu Makassar kepada keraton, bila dilihat saat ini pihak keraton mengenakan keris dibagian belakang, berbeda dengan yang terdahulu.

Pada lukisan Amangkurat II dan Amangkurat III mengenakan keris pada bagian depan/menyamping, tidak diletakkan pada bagian belakang hingga estafet pada pangeran Diponegoro yang pernah belajar di Pondok Tegalsari Ponorogo.

Apakah penyeragaman keris di belakang badan adalah produk dari Hindia Belanda setelah perang Jawa yang dilakukan oleh pangeran Diponegoro? Yang pasti telah diketahui bahwa seluruh punggawa keraton Jawa selalu meletakkan pada bagian belakang apabila membawa keris.

Berbeda dengan Ponorogo, bila membawa keris akan diletakkan pada bagian depan yang masih dipertahankan hingga saat ini

 

BUDAYA TIDUR SIANG DI ACEH


Fakta Menarik "Eh Leuho" Budaya Tidur Siang di Sabang, Aceh

Budaya tidur siang di Sabang sudah menjadi pembahasan menarik bagi para turis yang mengunjungi Kota Sabang, Provinsi Aceh. Kebiasaan toko dan pelayanan yang tutup pada siang hari ini menjadi keunikan tersendiri dari kota yang sering di kenal dengan Pulau Weh tersebut.

Di mulai dari jam 12 siang hingga 4 sore, toko kelontong, swalayan, dan yang lainnya biasanya tutup. Yang buka hanya rumah makan, bengkel, kedai kopi dan tempat wisata, dengan pelayanan terbatas.

Namun, tahukah kamu, bahwa budaya tidur siang atau “eh leuho” di Sabang ini merupakan warisan kearifan lokal?

Budaya tidur siang ini pun menimbulkan beragam pandangan dari setiap turis yang datang. Sebagian orang ada pula yang berpandangan buruk dengan kebiasaan ini, terutama bagi pengunjung yang sama sekali belum mengetahui budaya tidur siang di Sabang karena terkejut, merasa tidak nyaman, dan kesulitan mendapatkan kebutuhan dan layanan pada siang hari.

Pengunjung dari luar juga beranggapan bahwa kebiasaan tersebut dapat mengganggu waktu belajar bagi siswa dan mahasiswa, juga mengurangi produktivitas karena tidak sesuai dengan norma kerja secara umum di tempat lainnya dan dapat menyebabkan malas. Persepsi seperti ini secara tidak langsung juga ikut mempengaruhi pandangan mereka terhadap masyarakat Sabang secara keseluruhan.

Sejarah “Eh Leuho”

Budaya tidur siang ini ternyata adalah sebuah kebiasaan dari aktivitas masyarakat Sabang puluhan tahun yang lalu, yang masih banyak diterapkan hingga saat ini. Budaya ini berawal dari tahun 1965, ketika Sabang masih beroperasi sebagai pelabuhan bebas Indonesia.

Pada masa-masa ini, masyarakat harus bongkar muat barang di malam hari dari kapal yang masuk. Hal ini di sebabkan oleh jadwal kapal-kapal yang menyeberang ke Banda Aceh pada pagi harinya.

Masyarakat Sabang sendiri beraktivitas pada pagi harinya, dan memilih tidur atau beristirahat di siang hari untuk mempersiapkan diri beraktivitas kembali di malam harinya. Aktivitas ini pun akhirnya masih menjadi kebiasaan yang sukar ditinggalkan oleh masyarakat Sabang hingga sekarang.

Karena kebiasaan ini berulang untuk waktu yang lama, menjadi kebiasaan yang di ajarkan turun temurun, yang mana telah melekat dan menjadi tradisi.

Budaya Serupa dari Spanyol

Selain di Sabang, ternyata ada tempat lain yang juga menganut budaya tidur siang, yakni di Spanyol. Negara yang terkenal dengan prestasi olahraga bola sepak ini ternyata juga memiliki sejarah yang tak kalah menarik di balik budaya tidur siang mereka, yakni "siesta".

Dikutip dari lister, siesta didasari dari kebiasaan aktivitas para petani di Spanyol yang menggunakan waktu siang sebagai waktu istirahat untuk menghindari waktu terpanas pada hari tersebut. Di tambah, seusai perang saudara, warga Spanyol biasanya memiliki dua pekerjaan demi memenuhi kebutuhan keluarga mereka.

Maka waktu luang antara peralihan pekerjaan tersebut mereka gunakan untuk mengisi kembali energi mereka agar dapat maksimal di pekerjaan keduanya juga.

Waktu melakukan siesta warga Spanyol adalah antara jam 2 siang hingga jam 5 sore. Selain dari alasan di atas, budaya tersebut juga dilakukan karena alasan jam buka toko disana.

Di ketahui bahwa di Spanyol di berlakukan undang-undang waktu perdagangan sebanyak 72 jam per minggunya, dan 8 hari minggu per tahun. Kebijakan ini membuat toko-toko disana tutup pada waktu siang, dimana warga Spanyol bersembunyi dari panasnya hari.

Namun, seiring dengan tekanan padatnya pekerjaan di zaman yang kian berkembang, menjadikan budaya siesta ini kian di tinggalkan. Kini, sebagian besar warga Spanyol bahkan tidak pernah tidur siang. Akhir pekan adalah satu-satunya kesempatan mereka untuk dapat melakukan siesta seusai makan siang. Siesta hanya dilakukan oleh kalangan usia lanjut dan berlaku lebih efisien ketika musim panas tiba.





 

Rabu, 04 September 2024

TEMPO DULU DI ACEH TAMIANG

ACEH TAMIANG TEMPO DOELOE

PETA ATJEH TEMPO DOELOE 

 


Industri Perminyakan di Rantau - Aceh Tamiang masa Kolonial

 

Jembatan lama Kota Kualasimpang ; sekarang sudah berganti 

 

8 feb 1920 pejabat eropa di sungai tamiang

Desa Perdamaian Kualasimpang - Aceh tamiang ; dulu komplek Perkebunan



Eks Kantor Wedana Masa Kolonial hingga tahun 1970-an ; 

sekarang PENDOPO BUPATI ACEH TAMIANG

 

1923 Houtvester C.H. Japing met bosarchitect Warouw in een vloedbos bij de Sungai Iyu

 

Bangunan di samping Istana Karang Aceh Tamiang ;

Sekarang Kantor PDAM 

 

Istana Karang Tamiang 

 

SINOPSIS PELINTAU 2024

 


PELINTAU TAMIANG

Pencak Silat Pelintu Tamiang merupakan sebuah pertunjukan seni bela diri yang lahir dari keharmonisan antara manusia dan alam, terinspirasi dari gerakan gerakan hewan liar di hutan, aliran sunggai, dan desiran angin,

Pencak silat Pelintu Tamiang menampilkan kekayaan seni beladiri yang sudah diwariskan turun-temurun, memadukan unsur seni, beladiri, adat dan budaya.

Pertunjukan dimulai dengan salam penghormatan,  pembukaan, yang di sebut dengan gerak titi batang, menonjol kan Gerakan yang harmonis dan penuh kewaspadaan.

Setiap gerakan diperagakan dengan presisi tinggi, memperlihatkan keahlian para pesilat dalam menggabungkan kekuatan dan ketangkasan.

Dalam setiap gerakan, ada jiwa yang hidup, ada doa yang terucap. Silat ini lahir dari tanah yang kita pijak, dari semangat yang membara di hati, dari cinta akan kedamaian dan keadilan.

Silat ini menonjolkan keindahan dan ketanggasan dengan menggunakan tangan kosong, pisau, toya, dan pedang.

Pencak silat pelintau telah banyak menikuti even pertujukan dalam maupun luar daerah.

Pelintau tamiang Di kukuhkan pada tahun 1953 dan telah terdaftar menjadi warisan nudaya tak benda Indonesia ( WBTB ) pada tahun 2019.

“ Pelintau tamiang di guying buleh di cabuk te’ek “


TEARET PERJUANGAN PELINTAU TAMIANG DI MASA PENJAJAHAN

 


Silat Pelintau dalam perjuangan

CHAPTER 1

Di sebuah lembah sunyi yang tersembunyi di antara perbukitan hijau Aceh Tamiang, hiduplah seorang petapa bijaksana bernama Maha Guru OK Said bin Unus. Maha guru dikenal karena kebijaksanaan dan keterampilannya dalam ilmu bela diri, merasa terpanggil untuk melindungi tanah kelahirannya. Suatu malam, dalam meditasinya yang khusyuk di gua suci, Maha guru mendapat petunjuk gaib. Ia melihat bayangan burung pelintau—seekor burung yang lincah dan tangkas—mewarnai langit malam dengan tarian yang indah namun mematikan. Gerakan burung itu seakan berbicara dalam bahasa tubuh yang dipenuhi kekuatan, kelincahan, dan strategi. Maha guru menyadari bahwa inilah tanda dari Yang Maha Kuasa untuk menciptakan sebuah ilmu bela diri yang akan mengakar kuat di tanah Aceh Tamiang.


CHAPTER 2

Di tanah yang kaya akan tradisi dan budaya, tersembunyi di balik hutan lebat dan aliran sungai yang jernih, dihuni oleh orang-orang yang hidup selaras dengan alam, menghormati leluhur, dan menjunjung tinggi warisan mereka. Di sinilah, dalam keheningan malam yang syahdu, terdengar suara alunan seruling yang mengiringi latihan para pendekar muda.

Malam itu, bulan purnama menggantung tinggi di langit, menerangi tanah dengan sinar perak. Di tengah lapangan desa, seorang pria tua dengan rambut beruban duduk bersila di atas tanah. Dialah Guru Tua, seorang pendekar yang dihormati, penjaga ilmu bela diri kuno yang disebut Silat Pelintau. Di hadapannya, murid-muridnya berdiri dengan penuh perhatian, menyimak setiap gerakan dan nasihat yang keluar dari mulut sang guru.




MAHA GURU



"Anak-anakku,"

, "Silat Pelintau bukanlah sekadar ilmu untuk berkelahi. Ini adalah seni, warisan leluhur kita, jembatan yang menghubungkan kita dengan masa lalu dan masa depan. Dalam setiap gerakan, ada jiwa yang hidup, ada doa yang terucap. Silat ini lahir dari tanah yang kita pijak, dari semangat yang membara di hati kita, dari cinta akan kedamaian dan keadilan."


”bela diri ini muncul dari keharmonisan antara manusia dan alam. Terinspirasi oleh gerakan hewan-hewan liar di hutan, aliran sungai, dan desiran angin, para leluhur menciptakan gerakan silat yang indah namun mematikan. Menggabungkan kekuatan, kelincahan, dan ketenangan untuk melindungi desa dari ancaman luar dari penjajah, menjaga kehormatan dan kedaulatan kampung halaman kita”

"Dan kalian, anak-anakku,"

"kalian adalah penerus dari ilmu ini. Jagalah ia, pelajarilah dengan hati yang tulus, dan gunakanlah untuk kebaikan. Silat Pelintau bukan untuk menyerang, tetapi untuk bertahan dan melindungi yang lemah. Ingatlah, kekuatan sejati bukan terletak pada kemampuan untuk menyakiti, tetapi pada kemampuan untuk melindungi dan mencintai."
 

(Prolog)

Dengan semangat yang menyala dalam diri mereka, murid-murid pun mulai berlatih, mengikuti setiap gerakan dengan ketelitian dan kehati-hatian. Di bawah cahaya bulan, bayangan mereka bergerak seperti bayangan pepohonan yang menari dihembus angin malam, menciptakan sebuah pemandangan yang memukau dan penuh makna.


Murid 1

Maha guru yang kami muliakan, ijinkan hamba bertanya, kenapa lah kita masih bersembunyi berlatih silat ini, kapan kami mulai beranjak berjuang seperti syuhada lainnya yang sedang berjuang melawan penjajah. 
 

Maha guru

Sabarlah anak ku,waktu itu tidak lama lagi, tentulah kita akan menunjukan diri kita dan menjadi barisan terdepan, kita berlatih di balik rindang hutan tamiang ini karena agar hamba pula bisa memberikan semua ilmu silat ini kepada kalian, penjajah tidak tinggal diam, sampai hari ini mereka masih mecari keberadaan kita, hendaklah hamba kyusuk melatih Ananda semua, agar semua kalian siap saat waktu yang tepat. 



CHAPTER 3

Belanda

“ Datok, aku bertanyak kepadamu, jawablah jujur sebelum marsose ku membunuh semua rakyat mu, dimana keberadaan OK said bin yunus dan pasukannya berada?


Datok

           Aku tahu mereka dimana, aku akan memberi tahu jumlah mereka dan kekuatan mereka,

Belanda

Nah ini yang aku suka ,,, katakan dimana

Datok

(gestur mendekati belanda dan langsung meludah wajah belanda)

Lebih baik mati dari pada hidup dengan penjajah

Para marsose pun memukuli datok yang meludah

Belanda

Berhenti, kalian orang tamiang memang keras kepala

(menodongkan senjata di kepala datok)

Datok

Tembak lah aku sekarang, tak sedikit pun gentar jiwa dan raga ku

Yang kunanti adalah syahid dari pada murka berdampingan hidup dengan kalian


Dari kejauhan muncul suara Gong, membuat marsose panik karna akhirnya rombongan pesilat datang menyelamatkan masyarakat yang di sandera oleh belanda.

BELANDA

        Oh, ini yang disebut dengan Maha Guru Oka Said bin yunus dan pasukannya yang mahsyur karena silat kalian

Maha Guru

Dan kalian penjajah yang telah merampas kemerdekaan kami

Belanda

Sudah lama aku mencari kalian,



Maha Guru

Tak perlu mencari kami, karena hari ini dan setelahnya kami lah yang akan mencari kalian dan mengusir kalian dari tanah tamiang.

Belanda

Betapa sombongnya kalian ini

Maha Guru

Tidak ada sombong bagi kami, tapi kami paling tahu apa yang terbaik bagi bangsa kami, dan tak usah berlama-lama lagi, serang !!!

Pertempuran terjadi antara pesilat dan marsose hingga semua terbunuh pasukan marsose di tangan para pesilat pelintau.

(Prolog)

Di sinilah awal mula kisah ini dimulai, sebuah kisah tentang keberanian, warisan, dan cinta akan tanah air, yang terwujud dalam gerakan indah Silat Pelintau.

Dengan dedikasi yang tinggi, Ok said bin Yunus menggabungkan kekuatan alami dengan kelincahan yang elegan, menciptakan sebuah aliran silat yang mampu menandingi musuh dengan ketepatan dan kecepatan. Ilmu ini dinamakan "Silat Pelintau,"

Silat Pelintau kemudian diwariskan dari generasi ke generasi, menjadi simbol kekuatan dan kearifan lokal Aceh Tamiang. Setiap gerakannya bukan hanya sebuah teknik bertarung, tetapi juga cerminan dari filosofi hidup yang menghargai keharmonisan dengan alam dan sesama manusia.



Lembaran baru ini dimulai, Ketika kekuatan dan kebijaksanaan bersatu, Silat Pelintau lahir, Dari tanah Aceh Tamiang Tanah Bumi Muda Sedia

SELESAI


Selasa, 27 Agustus 2024

TUAN SYEHIK SILAU

 


TUAN Syeikh Silau dalah seorang ulama besar yang tidak hanya menguasai ilmu agama tetapi juga jago dalam hal beladiri. Bahkan berkat kepiawaiannya dalam silat dia dinobatkan sebagaiK epala Hulubalang di Kesultanan Kedah (Thailand).

Berdasar kan catatan sejarah, Syeikh Silau dilahirkan di daerah pada tahun 1858 Masehiatau 1275 Hijriyah.

Ayahnya bernama Nakhoda Alang bin Nakhoda Ismail, keturunan dari TukAngku Mudik Tampang keturunan dari TukAngku Batuah yang berasaldari daerah Rao (perbatasan Mandailing Natal dengan Sumatera Barat). Gelar ‘nakhoda’ di awal nama ayah nya itu profesinya sebagai Nakhoda di sebuah kapal tongkang miliknya sendiri. Kapal itu di gunakan nya untuk membawa barang-barang dagangan antar pulaubahkan Malaya (Malaysia). Ibunya bernama Naeratberasal dari Kampung Rantau Panjang (Kecamatan Pantai Labu Deli Serdang, Sumatera Utara). Beliau adalah anak ketiga dari empat bersaudara, yaitu Abas, Siti Jenab, Abdurrahan, Abdurrahim.

Sejak kecilnya, Abdurrahman dikenal memiliki sifat pemberani, ber kemauan keras, pendiam, cerdas dan tekun belajar. Ketika berumur 6 tahun, orang tuanya memasukkan belajar mengaji pada salah seorang guru di Kampung Lalang Batubara. Saat itu pribadi nya mulai nampak sebagai ciri-ciri anak yang saleh. Sebabselain belajar agama dan mengaji, ia sering pula berkhalwat (mengasingkan diri untuk berzikir mengingat Allah TuhanMahaPencipta).

Ia suka berkhalwat sejak usia 15 tahun. Setelah menginjak dewasa sekitar 17 tahun, Abdurrahman inginmemper dalam ilmu Islam. Dengan memohon izin kepada kedua orang tuanya, ia pun pergi merantauke daerahasal para pendahulunya di Minangkabau tepatnya di Bukit tinggi. Di sana, ia berguru kepada seorang ulama yang  cukup dikenal ketika itu, ber namaSyekhJambek. 

Di samping ia mempelajari ilmu-ilmu syari'at dan ilmu fiqih, Abdurrahman lebih menekuni ilmu hakikat yaitu tauhid dan tasawuf. Takhanya ilmu syariat, Tuan Syekh Silau Laut saat remaja nya juga meminati ilmube ladiri (silat). Untuk mempelajari ilmu bela diriini iabelajar kepada salah seorang ahli beladiri yang cukup dikenal di tanah Minangkabau bernamaTukAngku Di Lintau. Dalam usaha nya untuk membekali diri nya dengan ilmu bermanfaat, Syekh SilauLaut juga belajarke Aceh, 

namun belum diketahui daerah dan gurunya tempat ia belajar. Saat usia remaja itu, Syekh Silau Laut merasa masih kurangpuas dengan ilmu yang dimilikinya. Tidak lama setelah ia pulang dari Minangkabau dan Aceh, salah seorang Pakciknya bergelar Panglima Putih membawa nyam erantauke negeri Fathani (Thailand). Atas restuked ua orang tuanya, ia pun berangkat untuk menambah ilmu Agama Islam. Di dalam pelayaran nya, Abdurrahman muda (SyekhSilauLaut) menunjukkan kemahiranny dalam ilmu silat kepada para penumpang kapal.

Dia tidak mengetahui kalau di antara mereka ada rombongan Sultan Kedah yang akan pulang kenegeri nya. Di Negeri Fathani, Abdurrahman mudabelajar kepada salah seorang ulama yang cukupdikenal. Ulama inibernamaSyekh Wan Mustafa dan anaknya ber nama Syekh Daud Fathani. Selama berada di sana, Abdurrahman lebihbanyakbelajarilmu tauhid, ilmutasawuf dan ilmu hikmah/ketabiban. Di sampingbelajar, ia ditugas kan gurunya pula untuk mengajar. Ketika berada di Fathani, ia di datangi utusan dari Kedah dengan maksud mengundang nya datang ke negeri Kedah. Alasannya, Sultan Kedah ingin melihat kemahiran nya dalam ilmusilat di hadapan Hulu balang, prajurit dan rakyat negeri Kedah. Abdurrahman muda pun memenuhi undangan itu dengan terlebih dahulu memohon restu dari gurunya. Sesampainya di negeri Kedah, sesudah beberapa hari lamanyadi adakanlah acara perIngtan di nguntuk memilih kepalahul ubalang kesultanan Kedah. Abdurrahman yang sengaja di undang untuk perangtan di ngtersebut, berhadapan dengan Panglima Elang Panas yang berasal dari Siam. Dengan kuasa dan izin Allah, Abdurrahman mudamenang dalam perangt nding tersebut. Lalu, Sultan Kedah pun menawarkan nya untuk menjadi Kepala Hulubalang Kesultanan Kedah. Abdurrahman menerima tawaran itu, kemudiania di nobatkan dan menjabat selama 7 tahun berturut-turut. Menurutriwayat, beliaumenerima gaji 60 Ringgit setiap bulan nya.Dalam perantauannya di Fathani dan Kedah, Beliausempat pula belajar di Kelantan. Abdurrahman menyadaribahwa cita-citanya semula adalah untuk menjadi seorang ulama yang akanmengembangkan agama Islam dan mengabdi kan ilmunya di tengah-tengah masyarakat negrinya
 


banjer